Ketika ada mall baru dibuka di dekat rumah, dan kategori mall besar, ada perasaan yang saling bersilangan. Satu sisi senang karena dengan jarak jalan kaki pun bisa sampai ke tempat yang menyediakan semua barang yang gue butuhkan. Mind you, gue tinggal di perkampungan padat yang mau nyetir mobil ada gak bisa lebih dari 10km per jam, jadi mall ini benar-benar keliatan wah. Di sisi lain, memikirkan para pedagang kecil yang ada di wilayah sekitarnya. Mana mampu mereka bersaing dengan mall itu?

Anyway, salah satu hal yang sering gue lakukan adalah MAKAN. Pasti setiap hari kita butuh makan, dan di mall baru ini ternyata banyak restoran yang belum pernah gue temukan di tempat lain. Being food adventorous me, gue berniat mencoba semua restoran yang ada di sana. Malam itu gue memutuskan untuk mencoba makan di Little Taiwan.

Jenis makanan yang tertera di menu tidak banyak, jadi kami memutuskan memesan yang cukup standar: Udang goreng tepung, Beef goreng garing, Tahu masak saus apa gitu *lupa*, dan dua porsi cah sawi. Pesanan datang dalam waktu 15 menit. Begitu diletakkan, beginilah tampilannya.
Hhhmmm... cukup mencurigakan. Tampilannya sama sekali tidak membuat air liur menetes. Mengalir aja nggak apalagi sampai menetes. Kemudian datang sajian ke dua; Udang.
I was like, "What is this??" Tapi karena belum mencicip, masih mencoba berharap rasanya akan berbanding terbalik dengan penampilannya.
Unfortunately, my instinct was right. Kedua makanan ini sama sekali gak ada rasanya. Total bland. Hambar. Asin aja nggak. Benar-benar gak bisa dimakan. Berusaha keras memaksa diri untuk mengunyah, tapi kami berhenti di suapan ke lima. It was that bad.

Sayangnya gak sempat ambil foto hidangan tahu dan sayur yang gak kalah asal-asalan penyajiannya. Waiter berasalan, signature dish mereka adalah lamien. Ya memang kami gak pesan lamien tapi walaupun itu signature dish-nya apa berarti makanan lain boleh disajikan dengan rasa tidak enak?

Untuk minuman gue pesan milk tea. Tampilannya cukup menggemaskan.
Rasanya? Ya biasa aja. Gak berasa tehnya. Cuma jelly di dalamnya yang enak.
Teman gue pesan teh bunga ini. Enak sih dan menarik untuk dilihat. Tapi teh itu kan kita juga bisa beli di toko dan seduh sendiri di rumah.
Dengan total pembayaran 280ribu Rupiah kami merasa seperti "dirampok". Makanan-makanan itu sama sekali tidak layak saji. So, DO NOT EVER GO THERE, I'm warning you.





Semua orang pasti punya dan pernah merasakan memiliki dan berada dalam comfort zone. Gue juga. Salah satu comfort zone yang pernah gue lalui, dan kemudian tinggalkan sejak 3 tahun lalu, adalah sebuah kantor LSM internasional di wilayah Hang Lekir, Senayan. It was so comfortable because everybody was friendly, no intrigue at all, everybody was happy with their own work. Another plus point from this workplace is: EVERYBODY loves to eat. Jadi, yang masuk ke kantor ini berat badannya akan bertambah minimal 5 kilogram per tahun :)) Eh ada anomali sih, dua orang bernama Ade dan Keri *miss you, muah muah* yang tetap dengan porsi tubuh kutilangnya.

Now that everybody fled from the organization and makes career elsewhere, we try to meet every now and then. Agendanya udah pasti makan-makan dan ngobrol gak jelas. Ada satu tempat yang biasa kami datangi untuk yang berkantor di wilayah Sudirman, Thamrin dan sekitarnya.

Sere Manis, berlokasi di ujung jalan Sabang, persis di sebelah Kopitiam Oey dan di atas The Baked Goods. Sere Manis menyajikan makanan Indonesia dengan sedikit sentuhan modern tetapi masih mempertahankan gagrak tradisionalnya. Menu seperti rujak cingur, gado-gado, bubur ketan hitam, pempek (gak terlalu enak kalo yang ini), tongseng, dan semacamnya ada lengkap di sana. Porsinya cukup mengenyangkan dan harganya sangat wajar.

 Terakhir kali ke sana sudah malam sekali dan perut nggak terlalu lapar. Akhirnya memutuskan untuk hanya memesan beberapa macam cemilan. Gambar di samping ini adalah favorit gue sepanjang masa, baik di restoran ini atau di tempat lain. Tape bakar keju :) Di Sere Manis mereka menyajikannya dengan cocolan saus gula merah cair. Tidak ada yang harus dibanggakan sebenarnya kecuali bahwa mereka memilih pemasok tape yang bagus sehingga bisa mendapatkan tape yang manis. Kandungan gula tape yang manis menghasilkan lapisan karamel tipis di permukaannya ketika dibakar. Dan bagian karamel itu lah yang menurut gue bagian terenak.


Yang ini juga pasti gak asing lagi. Singkong goreng keju. Ingat nggak jaman dulu kita jajan singkong di tukang gorengan yang renyah dan mrepul pecah ketika digigit. Nah singkong goreng ini seperti itu. Mereka rebus dulu singkongnya beserta bumbu, baru kemudian digoreng. Penghitungan waktu perebusan mereka cukup tepat nih sepertinya karena singkongnya cukup renyah untuk digigit tapi tidak sampai harus hancur berjatuhan ketika disuap. Hal sepele, tapi sangat gue perhatikan.

Tiba-tiba Widya, si jago makan, menyarankan gue untuk mencoba pangsit rebusnya. Katanya a must try. Berhubung selera dia memang bisa diandalkan, nurut lah gue. Dan udah pasti dia benar. Pangsit kuahnya ini enak banget. Asli enak banget. Segar tanpa rasa lemak kaldu menempel di lidah, dengan taburan daun bawang krenyes yang menambah kenikmatan makan.

Satu lagi yang juga gue pesan malam itu untuk Gendis adalah puding mangga. Gue pikir ini bocah pasti suka puding mangga. She did like it. Tapi cuma dimakan 3 suap karena tergoda pesanan tante Widya dan om Dede. Tebak apa? PISANG GORENG!!! Dan Gendis melahap tiga potongan besar pisang goreng keju coklat dalam tempo sesingkat-singkatnya *sigh*. Gendis seperti menemukan surga dalam makanan yang I WILL NEVER EVER ORDER NOR EAT. Liat pisang aja bisa mual, apalagi mesan. Mungkin malam itu Gendis berdoa dalam hati, "Ya Tuhan, semoga lain kali makan bareng om dan tante ini lagi supaya aku bisa makan pisang goreng lagi".

Anyway, ini gambar puding mangganya. Rasanya biasa aja. Gak terlalu menarik untuk dipesan lagi di kesempatan berikutnya.
Sere Manis akan selalu jadi salah satu restoran pilihan untuk ngumpul-ngumpul. Tempatnya luas walaupun dengan dekorasi seadanya. Kursi dan meja juga nyaman untuk duduk berlama-lama. Untuk gerombolan 4L, semakin lama kami duduk, semakin panjang daftar makanan yang dipesan. That's what friends are for. To enjoy food :)








Biasanya di hari ulang tahun gue sudah akan merencanakan perjalanan ke luar kota ke tempat yang belum pernah didatangi. Tahun ini entah kenapa semangat itu menguap terhirup panasnya cuaca Jakarta. Sampai tanggal 20 Oktober sama sekali gak ada ide mau kemana, artinya I had to stay in town.

Berada di Jakarta bukan berarti gak bisa bersenang-senang. Food is always the one that cheers me up in any situation. Especially when it's shared with precious people. So, there we went to a huge new shopping mall just around the corner from my house venturing for a new restaurant. And we found it. Caprese.

Suasana di dalam restoran ini yang sebenarnya menggerakkan kaki gue untuk berbelok dan memeriksa daftar menu yang disediakan di muka. Italian food. Lovely. Comfortable sofas and cushions attracted me even more.

Salmon carpaccio
Yang kami lakukan kemudian adalah bersepakat untuk memesan makanan yang namanya paling sulkt dilafalkan dan belum pernah kami coba. Untungnya nama makanan disertai dengan penjelasan singkat bahan-bahan pembuatnya. So, here is what we ordered: Salmon carpaccio and rocket salad for appetizer. Fotonya di atas itu. Fresh and cold slices of best salmon, topped with cruchy rocket leaves and tangy cream. Dang! Mata langsung terbuka lebar. Having this good appetizer I was sure that the rest of the food will be awesome. We also ordered Cobb Salad to share. Waktu saladnya datang, lumayan terpesona oleh warnanya yang cerah menggoda menandakan kesegaran tiap bagiannya. And the dressing.. Oh wow. So yummy, tapi gak bisa nebak isinya apa.


For my main course I ordered Melanzane Parmagiana. Sebenarnya ini adalah lasagna versi vegetarian dengan lapisan terong dan saos tomat ditutup dengan lapisan keju mozarella. Biasanya gue selalu merasa gak akan gampang terpesona oleh makanan semacam ini, karena gue mampu bikin sendiri :)

Kali ini gue termakan omongan sendiri. This simple dish is oh-so-good I wanted to lick off all the sauce. Sebenarnya bumbu yang mereka pakai standar sekali, tapi fresh. Itu yang membuat rasa yang keluar begitu kuat. I enjoyed every spoonful of this portion. No hurry, only fulfillment.

My two friends decided to share a steak thinking that it would be too big to eat alone. Yeah, they're prolly on diet (boo!). Mereka pesan satu steak, yang *dengan sangat menyesal, hiks* gue lupa namanya. Udah coba cari-cari kwitansi makannya tapi gak ketemu. Rasanya sempat catat entah di mana tapi nggak ketemu juga. Anyway, ini steaknya.


Ternyata potongannya kecil banget :)) Cantik tampilannya waktu disajikan. So, this is a very soft and JUICY steak, served with to-die-for mushroom sauce, and a lot of champignon mushroom. Di bagian bawahnya ada tumpukan cacahan tomat segar yang rasanya hanya di-sautee sebentar dalam olive oil, ditaburi garam dan oregano. Lagi-lagi bumbu sederhana yang justru mengeluarkan rasa segar dari tomat dan mengimbangi rasa daging dan sauce yang untuk sebagian orang mungkin terasa "berat".


Having our eight-pack tummy filled and enjoying our drinks, we were thinking of a dessert. Tapi kapasitas perut sepertinya tidak akan bisa menampung satu dessert untuk satu orang. Let's do it Indonesian way. Pesan satu dan makan ramai-ramai :)


We decided on Mille Feuille. Nyam... Those never ending layers, and satin-smooth cream cheese that just melt in your tounge. Heaven... I didn't wanna it to end. Tapi jelas habis dong satu slice itu :)) No regret over extra calories, though.

This restaurant is VERY RECOMMENDED. The price range makes sense too. Next time you're at Kota Kasablanka, make sure you try it. Don't forget to invite me. It takes me only 10 minutes from home to go there :D