Review Asuransi Kendaraan

Dari pelajaran dalam sebuah kursus terkait perencanaan keuangan yang pernah gue ikuti beberapa tahun lalu disebutkan bahwa idealnya seseorang harus memiliki beberapa hal.  Menurut berbagai definisi, asuransi artinya salah satu bentuk pengendalian risiko yang dilakukan dengan cara mengalihkan/transfer risiko dari satu pihak ke pihak lain, dalam hal ini adalah perusahaan asuransi. Mengapa butuh asuransi? Asuransi mengendalikan risiko yang seharusnya kita tanggung ketika ada berbagai ancaman dari luar, misalnya sakit atau kecelakaan. Tentu saja kita tidak ingin mengalami itu. Tetapi tentu lebih baik jika kita persiapkan segala sesuatunya, bukan?

Salah satu asuransi yang gue miliki adalah asuransi kendaraan. Ini adalah perusahaan asuransi ketiga yang gue pakai jasanya sejak mulai memiliki kendaraan atas nama gue pribadi. Perusahaan ini cukup membuat gue terkesan dengan pelayanannya selama hampir empat tahun, walaupun sempat ada adegan nyolot juga sih :))

Boleh sebut nama perusahaannya nggak sih? Boleh kali ya. Jadi, perusahaan yang gue pakai jasa asuransinya saat ini adalah Jaya Proteksi atau, sudah berganti nama, Asuransi Ace. Pilihan ini juga sebenarnya gue buat tanpa referensi yang memadai. Dua perusahaan asuransi yang gue pakai sebelumnya cukup baik tetapi agak kurang memuaskan, lalu gue mencari informasi tentang asuransi apa saja yang dipakai oleh beberapa orang teman dan kenalan. Beberapa memberikan masukan kelebihan dan kekurangannya masing-masing tetapi tidak ada diantara mereka yang pernah memakai Jaya Proteksi ini. Gue pikir, ya sudahlah mari kita coba satu tahun dulu. Toh mereka punya daftar bengkel rekanan yang cukup banyak dan beberapa gue ketahui sebagai bengkel yang cukup punya nama.  Ternyata layanan mereka memuaskan dan ini tentu saja membuat gue terus memakai jasa mereka sampai sekarang, yang sudah masuk tahun keempat. Catatan: cara pemilihan seperti ini amat sangat tidak disarankan. Kebetulan aja alhamdulillah ini dapat yang bagus. Gimana kalau kebetulan dapat zonk perusahaan yang pelayanannya kurang bagus? Rugi kan.

Sempat sih ada masalah dengan perusahaan ini. Awalnya ketika masa perlindungan gue hampir habis, seorang staf pemasaran lewat telepon menghubungi gue menawarkan perpanjangan. Gue tanya ini itu ina inu, termasuk soal premi. Iseng gue tanya, "Bisa nggak sih preminya didiskon?". Dia memberikan jawaban tidak bisa karena nilai premi ditentukan oleh OJK bla bla bla. Tetapi, kalau gue tidak pernah klaim, sebenarnya gue bisa dapat cashback dalam bentuk diskon 10%. Lalu gue tanya lagi, "Lho, kalau gitu kenapa saya nggak pernah diberi informasi tentang hal in?". Nah, di sinilah jawaban yang dia berikan mulai berputar-putar kesana kemari nggak jelas. Akhirnya karena kesal, gue bilang, "Saya akan perpanjang tetapi tidak melalui anda. Saya akan hubungi staf lain". Beberapa hari kemudian gue hubungi call center dan minta perpanjangan. Ternyata, si staf pemasaran yang sama yang menghubungi gue lagi untuk menindaklanjuti permintaan gue lewat call center, dengan nada bicara yang cukup datar. Gue segera akhiri pembicaraan dan sampaikan gue tidak mau lagi berurusan dengan dia. Kembali gue hubungi call center dan minta dihubungi oleh staf lain. Siapa saja asal jangan staf yang tadi ini. Tunggu punya tunggu, sampai hampir seminggu gue nggak dapat kabar. Gue hubungi lagi call center, dan menurut mereka sudah ditindaklanjuti jadi ada keanehan mengapa gue belum ditelpon.

Otak konspirasi gue mulai jalan. Gue pikir, jangan-jangan para staf pemasaran yang lain mau mengerjai gue yang menolak temannya sehingga mereka juga nggak mau hubungi gue. Solidaritas kan pasti berlaku ya. Sayangnya mereka berurusan dengan orang yang nggak selalu pasrah. Gue langsung tulis surat keluhan ke alamat email kantor pusat mereka. Setelah itu, gue langsung telepon ke kantor pusat mengajukan keluhan yang sama. Voila. Keesokan harinya gue menerima dua telepon. Telepon pertama dari Team Leader divisi pemasaran di kantor pusat yang kemudian membantu proses perpanjangan premi gue sampai selesai - dan orang ini harus gue acungi jempol karena sabar banget menghadapi gue yang keburu ketus karena kesal dengan penundaan yang lama -, dan telepon kedua dari Customer Care Manager. Kepada yang kedua, gue sebut nama staf pemasaran dan perkiraan gue kenapa gue nggak dihubungi. Sekaligus juga gue sampaikan bahwa masalah gue sudah ditangani dengan baik oleh Team Leader. Akhirnya, masalah selesai dengan sangat memuaskan. Cara mereka menangani keluhan gue sangat profesional dan sigap.

Kembali ke aplikasi perlindungan asuransi kepada mobil gue, dua setengah tahun pertama gue memakai jasa mereka, tidak pernah ada klaim dari pihak gue. Mobil sih ada lah lecet-lecet sedikit, tapi nggak terlalu mengganggu. Seperti banyak saran umum, gue menunggu "mengumpulkan" lecet-lecet itu sebelum ditangani untuk menghemat biaya risiko sendiri yang harus gue tanggung (saat itu sebesar Rp. 200.000 per kejadian). Pada menjelang akhir tahun ketiga, akhirnya gue memutuskan untuk memasukkan mobil ke bengkel, maka dimulailah proses klaim itu.

Proses diawali dengan gue menghubungi Call Center. Keluhan gue dicatat dengan santun dan tanpa penjelasan bertele-tele. Mereka memberikan dua pilihan; gue mendatangi kantor asuransi agar mobil gue bisa segera dicek kerusakannya di mana saja dan Surat Perintah Kerja (kepada bengkel) akan diterbitkan tiga hari kemudian, atau, gue menunggu di rumah untuk didatangi petugas. Pilihan kedua disertai dengan keterangan bahwa mungkin membutuhkan beberapa hari untuk mencari jadwal kosong dari staf survey mereka. Mengingat tingkat kemalasan menerjang kemacetan yang tinggi, tentu saja pilihan kedua yang gue ambil. Ternyata gue pun nggak harus menunggu lama. Tiga hari setelah pembicaraan di telepon itu, petugas survey datang ke rumah. Seperti biasa petugas ini memeriksa di mana saja letak kerusakan, mengambil foto, dan meminta gue mengisi formulir serta menentukan bengkel mana yang akan gue pilih. Di situ petugas juga menginformasikan bahwa SPK akan diterbitkan dalam waktu tiga hari. Great. Oiya, karena nggak ada rujukan, gue pilih aja bengkel yang lokasinya terdekat dari rumah. Pilihan jatuh pada bengkel Pegasus yang beralamat di Jalan Kepu Selatan.

Tepat tiga hari kemudian gue dihubungi pihak bengkel yang menyatakan SPK sudah keluar. Mereka memberikan pilihan juga, apakah gue mau membawa sendiri mobil ke lokasi atau mereka mengirim supir untuk mengambil, dan kemudian mengantar kembali setelah selesai pengerjaan. You know me so well lah, so you know which option I made.Yup, second one it is. Gue dijanjikan proses pengerjaan akan selesai dalam waktu tiga atau empat hari. Persis tiga hari kemudian gue kembali dihubungi, bahwa mobil sudah beres pengerjaannya dan akan diantar. Sayangnya, hari itu gue sedang bekerja entah di mana, jadi gue minta mobil diantar saja keesokan harinya. Benar saja, besoknya sekitar jam 10 pagi mobil gue sudah kembali ke rumah dalam keadaan mulus.

Sekitar 2 bulan lalu gue sepertinya ada dalam keadaan yang membuat berkendara sebagai suatu hal yang harusnya gue hindari sebisa mungkin. Konsentrasi agak sulit ngumpul karena satu dan lain hal. Gue sadari itu tetapi gue pikir gue masih  bisa atasi masalah ini. Ternyata gue salah. Dalam waktu dua hari gue menabrak dua kali. Alhamdulillah banget kerugiannya cuma terjadi di pihak gue. Nggak kebayang kalau sampai ada korban dari pihak lain.

Kejadian pertama, gue jemput nyokap di klinik dan posisi mobil dalam keadaan masuk menghadap ke dalam. Ketika akan keluar, ada tukang parkir yang kasih aba-aba, dan gue bergerak mundur. Entah kenapa, setelah mungkin 10 tahun gue sering antar jemput nyokap, baru kali ini gue menginjak gas terlalu kencang. Ya sudah, nabrak lah. Untungnya yang gue tabrak itu mobil bak terbuka yang juga keadaannya sudah coreng moreng menyedihkan. Gue cuma kebagian minta maaf dan mereka bilang nggak usah diganti apa-apa. Mobil gue? Lampu stop pecah, baret cukup dalam di beberapa tempat, bemper patah, lampu sein agak pecah.

Keesokan harinya gue harus keluar rumah sekitar jam 9. Baru jalan 200 meter, ada mobil Avanza dari arah berlawanan yang -mungkin dia rada gila ya- klakson berkali-kali suruh gue minggir. Walaupun mobil sudah mepet sekali ke pagar rumah orang di sebelah kiri gue, tapi dia tetap marah-marah. Padahal sebelah gue itu lega lho, masih bisa buat Innova lewat. Seperti biasa, sumbu gue tersulut. Buka jendela gue teriakin, "Itu sebelah kiri lo lega. T***L!!!" Nyebelin banget deh. Ndilalah karena masih emosi, setelah itu gue jalan lagi dan nggak sadar di ujung hidung mobil gue ada seorang ibu dengan motornya. Untungnya gue masih baru injak gas banget, jadi ibu itu cuma kesundul sedikit dan jatuh. Haduh...

Singkat cerita, dikarenakan dua kejadian tersebut, gue kembali mengajukan klaim ke Jaya Proteksi. Prosesnya kembali sama dengan di atas, tetapi beda uang pertanggungan risiko sendiri yang sekarang sudah menjadi Rp. 300.000 per kejadian sesuai ketentuan OJK, hanya dengan bengkel berbeda karena Pegasus pindah lokasi ke Cengkareng. Nggak mungkin dong gue tetap ngotot pilih mereka kalau jauh gitu. Petugas survey yang datang ke rumah memberikan satu opsi, Jaya Prima Motor, yang berlokasi di WTC Mangga Dua.

Bengkel kedua ini justru membuat gue lebih terkesan. Beberapa orang yang gue hubungi dan menghubungi gue untuk koordinasi soal bemper -yang harus nunggu beberapa hari untuk pengiriman dari Surabaya- sangat ramah,jelas dalam pemberian informasi dan sangat membantu. Mereka juga nggak keberatan kirim supir untuk jemput mobil gue di halaman sebuah hotel karena hari itu gue harus kerja di situ. Supirnya juga baik banget, sopan dan sabar nunggu gue beresin berbagai prepentilan yang tersebar di semua sudut dalam mobil. Oiya, gue nggak ingat bahwa ternyata di kantong uang parkir ada gue selipkan lembaran uang seratus ribuan yang tadinya mau gue pakai beli bensin, tapi justru pom bensinnya terlewat. Uang itu ada dalam jumlah utuh ketika mobil gue dikembalikan.

Kesimpulan dari curhatan di atas adalah, Jaya Proteksi a.k.a Asuransi Ace untuk kendaraan ini bisa gue rekomendasikan untuk dipakai. Penafian, ini penilaian murni gue dari dua klaim yang gue lakukan dan tidak (belum)  memberikan rekomendasi untuk jenis asuransi lainnya yang mereka jual karena belum pernah pakai. Gue nggak dibayar oleh perusahaan ini. Gue menulis ini dengan tulus karena sangat sadar gue bisa sangat ribet dan banyak keluhan terhadap beberapa penyedia jasa. Kalau mau tau contoh keluhan ke penyedia jasa, duduklah di sebelah gue ketika gue menelepon penyedia jasa selular dan televisi berlangganan yang gue pakai. Dijamin kalian kesel karena gue judes banget :))))














IKEA Indonesia and Swedish Meatballs

I actually like IKEA. Not so much though, because I know I can't buy the things I like from the store. Some I can't afford, some I don't need, some others I can afford and need but have no place to put in my house. Those fluffy sofas, for example, are too inviting to sit on. Unfortunately, they're too bulky for this tiny nest.

Sebagian orang berbondong-bondong mengunjungi IKEA sejak toko ini resmi dibuka sejak 2 bulan lalu. Gue sebenarnya sempat menjadi salah satu orang yang ingin sekali segera mengunjunginya. It is wondrous, though, how this desire dissapeared in a blink of a moment due to some personal reasons. Diajak berkali-kali pun gue selalu menggelengkan kepala.

Sampai ketika seorang teman menghubungi dan mengatakan dia sedang mengalami burn out. Dia salah satu perempuan tangguh yang pernah gue kenal dan jarang sekali mengeluh, jadi ketika dia memakai kata burn out, gue tau dia sudah benar-benar ada di titik terberat. Saat itu dia hanya berkata dia butuh hiburan yang bisa dilakukan dalam satu hari dan, kalau bisa, hiburannya jalan-jalan ke IKEA. I laughed so hard. Burn out kok ya masih bisa milih mau jalan kemana :p Anyway, there we went on a weekday. Gue gak mau ke IKEA di akhir pekan. Pegel nyetirnya dan nggak sanggup lihat lautan manusia memenuhi dalam toko itu.

Singkat cerita, kami tiba di IKEA. Gue berusaha menetapkan hati untuk tidak membeli barang-barang yang tidak terlalu diperlukan sebenarnya. Tapi yang terjadi adalah gue keluar dengan menenteng satu tas besar berisikan barang-barang yang.....nggak terlalu perlu sebenarnya *sigh* In my defense, they're too cute to pass. After all, I might not go there again within a short period. Yari yari yara....

Datang ke IKEA pasti nggak lengkap tanpa makan Swedish meatballs toh? Dari IKEA lain yang pernah gue kunjungi, Swedish meatballs - versi halal - yang mereka jual cukup menyenangkan indera perasa gue. Tidak terlalu mencengangkan rasanya, tapi cukup membuat tenang. Comfort food, it is. Ini pula yang menjadi patokan gue ketika merelakan diri antri selama 15 menit sebelum bisa sampai ke counter tempat mengambil sepiring Swedish Meatballs - isi 10 butir - dan salad. Dan chocolate cake. Dan siomay goreng. Dan satu cake lagi. Dan satu lagi.....

Keanehan pertama sebenarnya sudah gue rasakan ketika melihat warna meatballs ini. Pucat tidak menggairahkan. Ketika diletakkan dalam piring dan diberikan sausnya kemudian gue merasa ada yang kurang. Apa ya? Aha! Where's the cranberry sauce? Sadly, petugasnya mengatakan, "Kami tidak menyajikan cranberry sauce-nya, mbak". Yaaahhh.. gimana jadinya ini? Singkat cerita, kami duduk dan siap menikmati makanan. In high anticipation I grabbed my fork and took one meatball and shoved it into my wide gaping mouth. Damn.... it's bland. Jadi ya saudara-saudara, meatballs ini sepertinya dibuat dengan standar meatballs Indonesia alias bakso abang-abang. Masa iya sih yang terasa cuma terigunya. Rasa dagingnya seperti menguap entah kemana. Padahal aslinya meatballs itu kan dagingnya yang lebih dominan. Penggunaan terigu hanya sedikit sebagai alat bantu merekatkan dagingnya supaya bisa dibulatkan. Ah, payah nih...

Terus karena penasaran, gue coba potong sedikit somay gorengnya. Hiks, nggak ada rasanya juga. Ya sudahlah terpaksa pelan-pelan dimakan walaupun sama sekali nggak menikmati.

Setelah selesai makan, coba cake yang atasnya putih itu. Itu Almond Cake, yang gue pikir bakal enak. Ternyata oh ternyata, rasanya manis bangeettt.... Sakit gigi rasanya begitu makan sesuap. I stopped eating it. Bukannya mau buang makanan tapi gue lebih sayang gigi dan kadar gula darah. Kue yang coklat itu lumayan enak walaupun nggak istimewa. Bisa deh menutup kekecewaan sedikit.

Dengan gontai kemudian kami membereskan baki makanan, memuat kembali botol bekas, tisu, dan dan piring bekas makan kami kemudian meletakkannya di bagian penyimpanan baki kotor. Hal ini yang masih belum disadari oleh banyak pengunjung. IKEA menerapkan sistem siapapun yang makan harus mengembalikan sendiri semuanya ke tempat peralatan kotor tersebut. Namun, gue melihat masih banyak meja yang berisikan peralatan kotor. Bukan cuma peralatannya, tapi mejanya pun kotor berantakan remah makanan dan tetesan air. Memang ini belum membudaya, tapi semoga pelan-pelan kita bisa mengubahnya.

Jadi kesimpulannya, kalau nggak terpaksa banget ke sana karena mau beli perabot, sepertinya gue nggak akan kembali ke IKEA dalam waktu dekat, Selain makanannya nggak enak, hati ini pun teriris sembilu kalau harus sering-sering ke Alam Sutera *curcol dikit sebagai penutup*







Two Stories - Bogor

It was supposed to be a happy day.

Nobody knew how devastated and heart-wrenched I was on that day. I put on the best smile I could, I laughed as loud as I could, I went craziest with everybody who was there.

No... nobody realized I was bleeding inside. It bled even worse when I came to realize it was only exactly a year ago when I felt like I was on top of the world. Now, I'm down at the dumps. Deepest and filthiest dump. Unsalvageable.

Anyway, we ended up at a cafe in Bogor. It's called Two Stories. It's on Jalan Pajajaran Indah V Np. 7, Bogor,near De Leuit. A warm and very nice ambience, price is very reasonable too. Unfortunately, service sucked. Three of our orders never showed up and nobody told us what was going on. It took almost 30 minutes for a glass of es teh tawar to come out.  The owners were at a table right next to ours and,-- I really made sure they did--, for sure they were aware that we frowned and I was at the verge of yelling but did nothing.

Food was good but when it comes with such bad service, I wouldn't even consider to go back.



Top left: chicken wings, crispy skin, good sauce, good price. Top right: forgot the name but it's a kind of potato gratin. Quite good too.
Bottom left:Javanese nachos. It's basically cassava chips topped with mozzarella cheese and green chili. Not so good. Bottom right: lemon squash in pitcher, so-so