Tentang sebuah hati yang pernah mati suri
Tentang sebuah asa yang pernah hampir binasa
Tentang hidup yang pernah tak ingin lagi dihidupi
Tentang cinta yang pernah dirasa hanya membawa lara dan duka

Sudahlah simpan itu semua di belakang. Seorang teman berkata, "I'm a believer of the power of words" jadi rasanya mulai saat ini aku harus menanamkan kata-kata baik itu dalam hati. Ya... Seperti juga yang berulang dikatakan oleh seseorang lainnya.

Tuhan, aku capek sembunyi dibalik topeng ini. Aku capek jadi aku yang selalu tertawa dan ceria. Aku capek bersandiwara aku yakin semuanya akan bekerja pada waktunya. Aku capek meminta. Aku capek Kau goda dengan cerita-cerita.

Jika kali ini bukan lagi goda, jika kali ini memang jalan yang akhirnya Kau sediakan, terangi jalan itu. Bimbing aku menapakkan kaki selangkah demi selangkah. Mencapai tujuan akhir yang selalu kubisikkan dalam doa, dalam sujud, dalam tangis, dalam marah, dalam benci... Mohon tunjukkan Kau memang ada untuk menjawab segala pinta
Dengan semangat berkobar-kobar kemarin gue nyoba untuk buat red velvet cupcake dengan resep yang diambil dari joy of baking ini. Rasanya tertantang banget kalau liat coklat bubuk valrhorna nganggur di rumah dan baca milis yang isinya banyak banget tentang RV cupcake ini.

Ternyata gue kena "kutukan" yang sama dengan kebanyakan anggota milis. Warna cupcake-nya nggak merah :)) Jadi gini, pewarna yang dipakai akan sangat menentukan dan karena yang gue dan seluruh anggota milis pakai adalah pewarna makanan yang memang aman untuk dikonsumsi makanya warnanya nggak bisa mencrong ngecreng seperti layaknya Red Velvet. Dari resep JoB sih merah ya penampakannnya, karena mungkin di sana ada pewarna yang aman dimakan tapi aman untuk kesehatan. Kemungkinan ke dua, valrhorna itu kan sangat kuat warna coklatnya karena gue pakai yang 75% jadi ya gitu deh. Kalah sama warna coklatnya :))

Tapi tenang aja gue belum menyerah. Suatu hari nanti gue akan coba buat lagi setelah cari cara apa yang bisa buat merahnya keluar. Entah pakai jus bit atau jus apel yang dicampur dengan cuka. Tunggu tanggal mainnya :)

Selain buat RVC gue iseng memakai adonan yang sama tetapi coklat bubuknya hanya 1/2 sendok teh sekedar sebagai perasa dan kemudian dicampur dengan green tea bubuk. Rasanya? Nyam nyam enak banget. Beneran deh gak bohong.

Kalau bicara soal rasa dan tekstur, resepnya JoB ini gak bohong deh. Asli sli sli halus banget kuenya, gak seret dan sangat ringan. Padahal buttermilk-nya gue kurangi banyak loh biar gak terlalu banyak lemaknya.

Ini tampakan bagian dalam si cupcake. Cobain gih!





Bahan kulit pie:


200 gram terigu
50 gram icing sugar
1 telur
120 gram butter

Campur semua bahan jadi satu, uleni sampai tercampur semua dengan menggunakan tangan sampai bisa dibentuk (kalis).
Bentuk bulat, bungkus plastik, masukkan ke kulkas 30 menit supaya glutennya "tenang"
Peringatan: Ini tipe kulit pie yang agak keras/ tidak renyah seperti apple pie


Isi:

120 gram gula pasir
280 ml air
4 telur
100 ml susu evaporated

Cara buat:

Masak air dan gula sampai mendidih dan larut. Dinginkan.
Setelah mencapai suhu ruang, masukkan telur dan susu ke dalam air gula sambil diaduk memakai sendok atau spatula.
Siapkan cetakan pie yang sudah dilapisi adonan kulit
Tuang adonan isi ke dalam cetakan pie sambil disaring. Kalau tidak disaring akan ada titik-titik putih dari putih telur yang menggumpal
Panggang dalam oven yang sudah dipanaskan sebelumnya sampai matang (kurleb 40 menit, tapi cek aja tergantung oven masing-masing)
Sebenarnya udah agak lama gue berkeinginginan untuk bisa membantu organisasi resmi atau tidak resmi yang bergerak di bidang kemanusiaan. Selama ini memang gue selalu bekerja bersentuhan dengan banyak organisasi, dan yang membuat gue tertarik biasanya organisasi bidang LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transexual). Sayangnya mereka agak susah menerima kehadiran orang baru yang bukan dari sesamanya. Ini untuk soal organisasi ya, kalau berteman sih mereka sama siapa aja nyambung. Asal kuping tahan aja sama judesnya mereka kalo lagi ngomel :) Dikarenakan hal itu akhirnya gue berusaha mencari-cari organisasi lain yang mungkin butuh tenaga atau pikiran gue. Daripada kalo stres gue lampiasin ke CS Telkomsel kan mending disalurin ke yang lebih penting. (PS: Bener loh kalo stres gue komplen apa kek ke CS Telkomsel. Gak dibuat-buat atau bohong, tapi keluhan yang muncul tiap hari dikumpulin aja dan dikomplen saat lagi PMS atau kesal. Bisa 45 menit loh :D)

Anehnya gue, kalau merencanakan sesuatu biasanya gak terjadi. Harus sesuatu yang terjadi dadakan, biasanya lebih sreg. Misalnya waktu mau sekolah Financial Planning. Udahlah nabung ngincer di kantornya si Teteh di Mega Kuningan, mak bedudu' kenal sama Pak Guru yang kantornya di Senopati. Ngacir lah gue ke Senopati. Dulu juga waktu kuliah ngincer sastra Inggris, eh pas daftar tau-tau belok ke sastra Jepang wakakakak...

Ini juga begini nih. Udah ngincer beberapa organisasi yang gue rasa cukup layak gue bantu karena reputasinya udah ok, termasuk organisasi yang salah dua penggiatnya adalah Pandji dan Bambang Pamungkas (ini sih gue aje gatel pengen poto sama Bepe) tapi ndilalah batal karena kesibukan. Baru-baru ini ada sekumpulan orang yang membentuk kumpulan (belum organisasi karena baru beberapa hari) yang berkeinginan membantu anak-anak miskin yang dirawat di Bangsal RSCM, dengan penggeraknya seseorang yang sangat terkenal di social media, dan baru-baru ini baru "tertipu" seseorang yang mengaku sebagai socialite (socialite kok ngaku??) dalam setting-an acara charity. Eh ndilalah lagi, kok ya gue langsung bergerak gabung sama mereka. Alhamdulillah semua juga tangan terbuka gitu nerimanya. Baru bawa badan aja tangan terbuka, gimana nanti gue bawain brownies dahsyat gue wekekekek...


Hari ini hari pertama, and I was down with flu. Gak datang aja dong. Gue bilang, "Kalau aku datang kesian nanti nyebar virus flu ke semua orang, bisa-bisa acara Natal-nya batal :(" Mereka cuma senyum-senyum mengucapkan semoga cepat sembuh dan bisa gabung di pertemuan selanjutnya. Ah senangnya... :)

Eh nanti dulu... Natal? Yup.. Ini acara Natal. Kenapa gue bantu? Ah males kalau ada yang tanya gini. Acara ini sebenarnya tujuannya cuma satu: menghadirkan senyum di wajah anak-anak yang sakit parah dan dirawat di bangsal RSCM. Kebetulan event terdekat yang bisa dipakai adalah Natal. Ya gak papa dong. Nanti lebaran juga dibikinin acara. Lagian gue liat fotonya tadi, ternyata setengah yang hadir itu berjilbab hihihi... Ih senangnya dapat kumpulan orang yang mau bekerja sama tanpa perhatikan soal agama.

Anyway, mudah-mudahan di kumpulan inilah gue bisa mendedikasikan sisa waktu gue di luar waktu kerja, nonton, ngopi, ngegym, dan bikin kue :) Selama ini di panti asuhan gue selalu berusaha jadi tokoh anonim karena letaknya yang terlalu dekat rumah jadi gak mau kelihatan biar gak riya. Tapi kali ini gue harus bisa melakukan sesuatu yang kelihatan. Mudah-mudahan. Doain ya.....


Doakan juga semoga anak-anak di bangsal itu cepat sembuh. Atau mendapat jalan yang paling baik dan mudah dari Allah SWT. Mudah-mudahan gue bisa update kegiatannya apa aja :)
Ceritanya lagi ngumpulin berbagai resep sehat rendah lemak dari berbagai sumber. Cuma copy paste, sebagian ada yang udah dicoba sebagian ada yang belum.

(Makes 6 servings/6 muffins)
• 1 cup oatmeal
• 6 egg whites
• 1 scoop of chocolate protein powder
• 2 teaspoons pure cocoa powder
• Pinch of stevia
• 1/4 teaspoon of baking powder
• 2 tablespoons of natural peanut butter

DIRECTIONS
1. Mix the dry ingredients together in a large bowl.
2. Then add the egg whites, extract, and water.
3. Stir until mixed well. Scoop into a muffin pan.
coated with cooking spray.
4. Bake at 350oF for 25 minutes.

Nutrition Facts Per Muffin
Calories: 177
Protein: 22g
Carbs: 11g
Fat: 5g


Cajun style baked sweet potato

*2 medium (5oz) sweet potatoes
*1 teaspoon paprika powder
*1/4 teaspoon onion powder
*1/4 teaspoon thyme
*1/4 tea spoon rosemary
*pinch of cayenne papper
* 1 teaspoon olive oil

direction :

1.panaskan oven 375f (175c), di mangkok kecil aduk rata semua paprika,onion,garlic powder,cayenne pepper (cabe rawit).
2. potong sweet potatoes (ubi)
3.lumuri dengan olive oil tiap sisi sweet potatoes
4. masukan sweet potatos kedalam bumbu lalu tiap sisi nya lumuri dengan bumbu.
5.tempat kan ke baking sheet .
6.panggang hingga empuk . 45 minutes


 High protein chocolate mousse

Ingredients

· 1 cup Egg Whites

· 125g Fat Free Cottage Cheeses

· 1 cup Chocolate Protein Powder

· 1 teaspoon Pure Cocoa Powder

· 1/2 teaspoon of Stevia

· 1 teaspoon Cream of Tartar

Directions

1. Beat egg whites into stiff peaks (add cream of tartar 1 minute into beating to create stiff peaks).

2. Mix together firm egg whites and cottage cheese. Stir gently adding gradually protein powder, cocoa powder and stevia

3. Refrigerate minimum 2 hours before serving

Nutritional Info

· Calories: 157

· Protein: 32g

· Carbohydrates: 5g

· Fat: 1g


 Putih Telur Saus Jamur Lada Hitam

Bahan:
Putih Telur rebus siap pakai, potong dadu
1/2 siung Bawang putih, cincang/geprak
1 buah Bawang bombay, iris halus
50 gr Jamur kancing/tiram, iris-iris
200 ml Kaldu ayam/air biasa
Garam, sesuai selera
Gula, sesuai selera
Lada hitam
1 sdm saus tiram
Tepung maizena, secukupnya untuk mengentalkan
1 sdm minyak nabati untuk menumis

Cara Membuat:
1. Tumis bawang putih dan bawang bombay hingga matang dan harum
2. Masukkan irisan jamur, tumis hingga layu
3. Tambahkan kaldu/air, saus tiram, garam, gula dan lada hitam, masak sebentar hingga semuanya meresap jadi satu
4. Jika sudah meresap, tambahan tepung maizena yg sudah dilarutkan dengan sedikit air untuk mengentalkan
5. Masukkan potongan putih telur ke dalam saus lada hitam
6. Siap disajikan


 Green Tea Pancake

Bahan:
1 cup tepung/bubuk kedelai
1 sdt greentea/matcha powder
1/4 sdt garam
1/2 sdt vanilla
1/2 sdt baking powder
1/4 sdt baking soda
2 sdm gula pasir / 1 sdm gula pasir tropikana
1 cup susu rendah lemak (tambahkan 2 sdm air jeruk lemon untuk mengentalkan)
1/2 cup putih telur, kocok hingga putih mengembang (pake garpu/whisk)
2 sdm canola/sunflower oil, or butter if U wish to :p

Cara Membuat:
1. Aduk rata semua bahan kering: tepung kedelai, matcha powder, garam, vanilla, gula pasir
2. Tuangkan susu yg sudah dikentalkan, aduk hingga rata.
3. Tambahkan putih telur yg sudah dikocok, aduk hingga rata
4. Tambahkan minyak, aduk hingga rata
5. Masak adonan dengan cara menuangkan adonan sebanyak 1 sendok sayur ke atas wajan teflon. Masak dengan api kecil, tunggu hingga muncul lubang2 di permukaan atas pancake, balik dan biarkan sesaat agar bagian bawahnya matang.
6. Pancake siap dihidangkan.


Italian Chickens
 4 dada ayam tanpa kulit n tulang
2sdm olive oil
1 bawang bombai (belah 2 iris tipis)
2 bawang putih cincang
3 tomat cincang kasar
1/4 sdt garam
1/8 sdt merica
1/4 kaldu ayam
2 sdt maizena
1/4 kemangi .

panaskan olive oil dalam wajan (api sedang) masukan ayam masak 4-5 menit tiap sisi sampai empuk .
Untuk saus masukan olive oil ,bawang bombai,bawang putih,masak selama 2 menit ,tambah tomat,garam n merica. aduk bersama kaldu ayam, maizena lalu masukan kedalam wajan , masak hingga mengental +aduk 2 menit, masukan kemangi.
tuang saus diatas daging ayam .

kalori : 319
protein : 27g

 Ayam Jamur Kuping Saos Tiram

Bahan :

2 ptg Dada Ayam Rebus (diambil dagingnya aja disuwir-suwir)
3 lembar jamur kuping kering (rendam hingga mekar)
3 siung bawang putih (dikeprak aja)
1/2 buah bawang bombay
1 sdm kecap asin
1 sdm saos tiram
200 ml air (air rebusan ayam alias kaldu lebih enak)
Cabe Rawit sesuai selera
garam secukupnya
lada secukupnya

Cara Membuatnya
1. Tumis bawang putih dan bawang bombay dalam wajan dengan sedikit minyak.
2. Masukkan daging ayam rebus yg telah disuwir-suwir.
3. Tuangkan air rebusan ayam
4. Masukkan jamur kuping yang telah mekar
5. Masukkan kecap asin dan saos tiram, garam, lada dan cabe rawit sesuai selera
6. Tunggu hingga jamur kuping empuk
7. Siap disantap..

 CHOCOLATE MOUSSE SUSU KEDELAI
Bahan:
750 ml susu kedelai
3 sdm gula rendah kalori
30 gr coklat bubuk Dutch Processed
1 sdm tepung maizena,larutkan dgn 2 sdm susu kedelai
100 gr dark chocolate

Cara Membuat:
1. Rebus susu kedelai dan semua bahan kecuali larutan maizena. Masak hingga mendidih.
2. Tuangkan larutan maizena, angkat dan dinginkan
3. Masukkan ke dalam freeer selama 4 jam, lalu keluarkan dan kocok dgn mikser. Masukkan kembali ke dalam freeer. Ulangi proses ini hingga 3 kali.
4. Siap dinikmati


 Shitake saus tiram



Untuk 3 porsi
Bahan:

  • 200 g jamur shiitake
  • 100 g (2 batang) bok choy
  • 30 g saos tiram
  • 1 sdm kecap manis
  • 100 ml air
  • 3 siung bawang putih
  • 1 sdm minyak zaitun
  • ½ sdt merica
  • ½ sdt garam
  • ½ sdm maizena
Cara membuat:
  • Jamur shitake diblansir terlebih dahulu dengan cara merendam dalam air mendidih selama 2-3 menit. Angkat dan tiriskan.
  • Lepaskan helai daun bok choy dari batangnya. Cuci bersih. Tiriskan.
  • Iris tipis bawang putih. Tumis sampai harum dengan api sedang.
  • Masukkan jamur shitake dan bok choy. Aduk terus sampai agak layu.
  • Masukkan saus tiram, kecap manis, garam, merica dan air. Aduk terus sampai rata.
  • Masukkan maizena yang sudah dilarutkan dengan sedikit air. Aduk rata sampai agak kental.
  • Angkat. Sajikan.
Nilai gizi per porsi
  • Energi: 81.9 kkal
  • Lemak: 3.7 g
  • Karbohidrat: 9 g
  • Serat: 1.3 g
  • Protein: 3.3 g


Untuk 1 porsi
Bahan:

  • 200 g dada ayam utuh tanpa kulit
  • ½ buah pir potong dadu (150 g)
  • 50 ml perasan jeruk nipis
  • 1 sdm madu.
Bumbu siram:

  • ½ sdm madu
  • 1 sdm cuka apel
  • 30 ml perasan jeruk nipis
Cara membuat:

  • Letakkan dada ayam melebar di atas talenan. Pukul-pukul dengan martil pemukul daging atau dengan alat lain yang bisa digunakan sebagai pemukul. Pukul daging sampai agak pipih. Sisihkan.
  • Siapkan bahan isian dengan mencampur rata potongan buah pir, madu, dan air jeruk nipis. Sisihkan.
  • Rentangkan daging ayam yang sudah dipipihkan tadi. Letakan bahan isian ditengahnya. Gulung sampai bahan isian tertutup. Letakan diatas baki oven yg dialasi aluminium foil.
  • Campurkan rata bumbu siram yang terdiri dari madu, cuka apel, dan air jeruk nipis. Siram rata pada permukaan daging gulung tadi.
  • Bungkus rapat daging dengan aluminium foil.
  • Panggang pada suhu 180°C selama sekitar 30 menit.
  • Angkat. Buka aluminium foil. Pindahkan ke piring saji. Hidangkan.
Nilai gizi per porsi
  • Energi: 322.8 kkal
  • Lemak: 3 g
  • Karbohidrat: 27 g
  • Serat: 5.6 g
  • Protein: 47.2 g

 Soy protein cookies

Untuk 26 keping
Bahan:

  • 50 g UN Chocolate Soy Protein
  • 50 g terigu protein rendah
  • ½ tsp baking powder
  • 2 tsp coklat bubuk
  • 20 g oatmeal instant
  • 65 g minyak kedelai
  • 25 g gula palem
  • 1 butir telur
Cara membuat
  1. Campur rata bahan kering yang terdiri soy protein, terigu, baking powder, coklat bubuk dan oatmeal. Sisihkan.
  2. Campurkan minyak kedele, gula palem dan telur. Kocok dengan mixer dengan kecepatan tinggi hingga tercampur rata.
  3. Turunkan kecepatan mixer menjadi rendah. Masukkan sedikit demi sedikit campuran bahan kering sampai habis. Adonan akan berbentuk butiran-butiran.
  4. Kumpulkan adonan dengan tangan dan bentuk seperti bola.
  5. Gunakan lembaran plastik. Taruh adonan diatas plastik kemudian ditutup lagi dengan lembaran plastik yang lain. Giling menggunakan gilingan kayu sampai adonan setebal kurang lebih ¼ cm.
  6. Cetak menggunakan cetakan bulat berdiameter 5 cm.
  7. Letakkan adonan yang sudah dicetak ke loyang yang sudah diolesi tipis minyak sawit.
  8. Lakukan sampai adonan habis.
  9. Olesi permukaannya dengan kocokan telur.
  10. Panggang dalam oven suhu 200oC selama sekitar 15-20 menit.
  11. Angkat. Dinginkan. Sajikan. Simpan dalam toples tertutup rapat agar tahan lama.
Nilai gizi per keping
Kalori: 47 kkal
Lemak: 2.8 g
Karbohidrat: 3 g
Serat: 0.1 g
Protein: 2.2 g
3 keping per sajian
Ikut serta dalam sebuah milis yang isinya notabene semua jago bikin kue dan masak bikin kepala pusing. Pusing karena banyak banget resep-resep bersliweran bikin pengen nyoba, tapi di sisi lain mikir lemak udah numpuk masa begituan melulu makannya.

Beberapa hari terakhir beredar kembali resep Melted Chocolate Brownies, yang menurut sejarahnya diciptakan seorang bakul kue bernama mbak Yenny. Coba nyari blognya buat di-link kesini gak nemu. Nemunya justru berbagai blog lain yang memuat resep ini. Wuah... beken tenan resep ini.

Tapi harus diakui, dengan cara membuat yang sangat mudah, hasilnya maksimal. Monggo dicoba...

Melted Chocolate Brownies
ala Yenny Agogo


*gue bikinnya 1.25 resep*
100gram dark cooking chocolate (gue pake Colatta, 200 gram, biar nyoklat banget :D)
100gram butter/margarin (gue: Elle Virre, 110gram)
150gram gula kastor (gue: 80 gram gula palem, 3sdm gula pasir. catatan: gue gak suka manis)
2 telor (gue: sama)
100gram terigu (gue: 130 gram)
coklat coverture sesukanya (gue: sekitar 75 gram, valrhorna, *pingsan keenakan)
kacang almond sesukanya (gue: ada pecan dari lebaran, pake ajah)
rum kalau suka (gue: rum bakar non alkohol) atau vanilla extract

Cara buat:

1. Panaskan oven, olesi loyang ukuran brownies dengan butter dan taburi terigu.
2. Tim coklat dan butter sampai cair di wadah yang agak besar (gue: wajan diisi air, didihkan, atasnya taro mangkok pyrex agak besar untuk tempat coklat dan butter itu)
3. Sesudah cair coklat dan butternya, masukkan gula dan aduk sampai tercampur rata.
4. Matikan api tapi jangan angkat wadah (pyrex) masukkan telur satu persatu, aduk sampai tercampur rata.
5. Angkat wadah. Masukkan terigu dan diaduk dengan cara fold (gue sih entah fold entah diudek2 gitu deh tadi) sampai rata
6. Masukkan setengah adonan di dalam loyang. Taburi coklat coverture sampai rata supaya kalau meleleh juga rata
7. Tuang sisa adonan menutupi coverture.
8. Taburi almond (pecan). Gue agak tekan-tekan sedikit biar nyemplung
9. Panggang 20-30menit tergantung oven
10. Kalo gak enak, berarti ada yang salah sama lidah lo. Suer gak pernah gue makan bronies seenak ini. Beda dari resep-resep sebelumnya
Masih dalam rangka iseng ngabisin tepung gandum, kemaren seharian ngubek-ngubek internet nyari resep muffin yang gurih. Memang sebenarnya gue lebih suka makanan gurih daripada manis. Nah akhirnya nemu beberapa resep yang kemudian gue gabung jadi satu. Jadinya gini nih.




Bahan kering:
180gram tepung gandum
1/2 sdt baking powder
1/2 sdt soda kue
1/4 sdt garam
1/4 sdt lada (tadi lada putih karena ternyata lada hitam habis di rumah. rasanya lada hitam lebih ok)
1/4 sdt italian seasoning

Bahan Basah
150ml susu hangat, dicampur dengan 1sdm cuka atau air jeruk lemon didiamkan 5-10 menit
3sdm olive oil (gue pakai canola)
2 telur

Isi (sebenarnya bisa apa aja terserah)
75gram keju parut
sejumput jamur
dua lembar smoked beef
1 buah bawang bombay yang sudah dikaramelisasi

Cara membuat:
1. Campur rata bahan kering, sisihkan
2. Dalam baskom aduk memakai whisk bahan basah sampai rata, kira-kira 5 menit aja
3. Masukkan isi, aduk rata sebentar
4. Masukkan bahan kering, aduk lipat dengan memakai spatula
5. Masukkan ke oven yang sudah dipanaskan sebelumnya. Panggang 30 menit
6. Silakan dicaplok

Beli hp baru karena tergoda katanya kameranya 5 mega, tapi kok buat foto makanan aja bagusan pakai hp yang sebelumnya ya :( Memoto makanan kan hobi gue, jadi kalo kameranya jelek berasa gengges banget dah

Semalam bikin pudding mangga sama muffin buat Gendis bekal sekolah. Pudding mangganya enak sih tapi rasanya lebih cocok untuk orang dewasa dibanding anak kecil. Muffin? Jelas enak dong hehehe..

Dari berbagai resep yang berseliweran akhirnya gue memilih untuk mengganti beberapa bahan demi kepentingan kesehatan. Jieeehhh.... kesehatan dari mana kalo tetep pake butter dan coklat :P Eh ini iseng coklat bubuknya pakai valrhorna, jadi rasanya emang dahsyat enak bener loh

Resep:

180 gram margarin dicairkan, biarkan dingin (gue: blue band)
 2 butir telur
 150ml susu (gue: susu kedelai beraroma vanilla)

(taruh di satu tempat diaduk rata)
200gr terigu (gue: tepung gandum)
120 gram gula halus
50 gram brown sugar (gue: gula palem)
1/4 sdt baking powder
1/4 sdt soda kue
50gr coklat bubuk (gue: valrhorna)
50gr choc chips
vanilla bubuk (gue: gak pake) ====>> kalo mau bisa ditambah kismis dan almond

 Taburan:
 Choc chips 50gram


Cara buat:
1. Panaskan oven sampai 180 derajat
2.Kocok rata margarin cair, telur dan susu sampai rata pakai whisk yang dari kawat itu. Gak usah lama-lama paling 3 menit aja
3. Masukkan campuran berbagai bahan kering. Aduk rata pakai spatula sampai rata. Jangan lama-lama diaduk.
4. Adonannya akan jadi kental goey gitu deh. Tinggal masukkan ke cetakan muffin di dalam loyang
5. Panggang 20-25 menit, tergantung ovennya.
Lagi males tulis karena bete. Nyampein berita yang buat orang lain bisa berkaca-kaca bahagia eh si makyak cuma lempeng dot com ajah. Well, maybe she needs to sink it in.

Nih tadi makan di Mr. Curry, pesannya Beef Hamburg Black Curry, dengan tingkat kepedasan Very Spicy. Harganya 65ribu. Enak sih buat gue, tapi nyonyah Amy gak suka. Beda selera lagi kita. Potonya jelek karena hitam, tapi rasanya gak sejelek fotonya.

Nasinya banyak banget. Biasanya kalo porsi nasi segitu gue gak abis. Tapi berhubung karinya enak, ludes deh tuh nasi. Liat nih buktinya



Selesai makan langsung rasanya gak bisa bergerak. Begah abis. Oiya, meja sebelah pesanannya banyaaakkk banget. Kalo satu porsi aja gue begah, gimana mereka yang satu orang bisa satu porsi plus appetizer dan dessert ya?



Oiya, sempet sebel tadi. Waktu selesai liat-liat menu, gue manggil waitress untuk ambil pesanan kan. Dia lihat jelas gue melambaikan tangan dan dia langsung menghampiri. Setengah jalan ke meja gue, ada meja lain minta bill. Eh dia berhenti ngurus bill itu dulu. Tujuh menit gue nunggu masih gue diamkan. Setelah itu dia menuju meja gue, gue nunjuk sesuatu di buku menu mau nanya itu apa, eeeehhh meja sebelah manggil karena mau pindah meja. Dia ngurus dulu yang pindah meja. Haduh haduh.... Piye tho? Yang manggil kan gue. It took her another five minutes to deal with that group. Pas sampe meja langsung dong gue sedikit marahin. Gue bilang, "Mbak tuh yang manggil saya, terus mbak urus dulu bill orang itu, abis itu saya lagi ngomong nanya menu mbak ninggalin gitu aja ngurus mereka. Gimana sih" Then, she simply said sorry. Untung lagi baik hati. Kalo lagi bete pasti keluar kata-kata pamungkas: "Panggil manager kamu ke sini. SEKARANG."
Ini judulnya mati gaya kurang kerjaan di saat hujan. Jadi deh bikin cemilan super duper gak sehat, tapi yang penting bersih karena bikinan sendiri hehehe...

Cara buat: kulit lumpia digelar, taruh tape singkong yang sudah dihaluskan, taruh irisan keju quick melt, taburi meses coklat. Bungkus rapi, goreng di minyak panas dengan api kecil.

Buat sore-sore sih cukup menghibur hati, apalagi kalau makannya didampingi minuman secang hangat. Pak Lurah lewat cuekin ajah!


Ketika kita membandingkan sesuatu, bandingkanlah apel dengan apel. Jangan apel dengan delima, ya beda rasanya :)

Keinginan untuk membandingkan itu pula yang malam ini membawa gue ke wilayah di bilangan Senopati. Seperti sudah banyak diketahui di Senopati, tepatnya Jl. Bhakti, ada warung steak yang dua tahun belakangan sangat menjulang namanya karena menjual wagyu dengan harga yang relatif terjangkau. Sang pemilik adalah orang-orang yang biasa berkecimpung di dunia periklanan, tidak heran mereka bisa menemukan cara yang sangat ampuh untuk mempromosikan warungnya. Harus dipahami, sebagaimana gencarnyapun sebuah promosi, tidak akan berhasil kalau makanan yang dijual tidak enak. Nah, si warung ini adalah kombinasi yang sangat hebat antara promosi yang brilian, dengan bantuan Twitter, dan rasa makanan yang patut diacungi jempol.

Popularitas si warung steak di Jl. Bhakti nampaknya menggelitik pengusaha makanan serupa. Sinou cafe sebenarnya berawal dari sebuah cafe dua lantai di kawasan Panglima Polim. Beberapa majalah pernah menulis bagaimana enaknya makanan yang mereka jual dan nyamannya tempat itu. Kenyataannya waktu gue datang, makanannya cuma enak sekedarnya saja, cafenya penuh asap rokok karena tidak ada pemisahan, dan jauh dari kesan romantis seperti yang disebut-sebut sebelumnya.

Pengalaman itu yang membuat gue agak sedikit enggan untuk mendatangi Sinou yang ada di Senopati ini. Berbekal pernyataan dari beberapa orang yang meyakinkan konsepnya berbeda, kaki ini pun gue paksa untuk menginjak gas dan kopling walaupun rasanya betis sudah kaku malam ini.


Dalam perjalanan gue sudah berusaha untuk tiba sebelum jam 7 karena yakin sekali parkirannya akan penuh. Untungnya tiba masih 15 menit sebelum jam 7 dan masih ada parkiran untuk 3 mobil lagi. Aman :) Rumah makan ini dibuat berkonsep nanggung sebenarnya. Maunya sih bergaya peternakan di Amerika sana tapi nggak sampai. Dan satu hal yang kami bahas tadi, kalau konsepnya Amerika, kok toiletnya diberi tanda "To the Loo"? Hayoooooo yang suka nonton film berbahasa Inggris. Kalau tulisannya "Loo" berarti ini bahasa Inggris dari negara mana ya? :)

Dengan tujuan membandingkan tadi akhirnya gue memesan wagyu potongan bagian punggung (duh..mendadak lupa namanya apa) medium well done dan teman gue memesan rib eye wagyu well done. Kami berdua memilih dua macam saus: mushroom dan Sinou special creamy sauce.

Taraaaaaa... Dalam waktu kurang dari 10 menit daging pun tiba. Langsung gue melirik ke jam tangan dan saat itu juga gue yakin satu hal: mereka sudah siapkan daging setengah matang. Steak dengan ketebalan sebesar ini dan untuk tingkat kematangan medium well punya gue harusnya dipersiapkan selama 12 menit, sementara punya teman gue harusnya 16 menit. Kenyataannya, makanan kami tiba dengan selisih waktu 1 menit saja. Gue berpikir, "Baiklah... Ini satu perbedaan. Mari kita coba makan". Mulailah gue mencicip ke dua macam saus. Enak, tapi tidak istimewa, cukupan aja. Sebenarnya kedua saus ini mirip, hanya si special sauce sepertinya ditambahi sedikit mustard dan ada rosemarry. Langkah berikutnya tentu saja memotong steak. Apa yang terjadi? Steak gue udah well done :) Gak ada lagi warna merah muda yang menjadi ciri khas steak medium well done. Itulah yang terjadi kalau dagingnya sudah dimasak setengah matang. Harusnya mereka sadar, daging kalau sudah dipanggang kemudian diangkat dalam keadaan panas, proses pematangannnya akan terus terjadi. Jadi jangan harap di restoran ini bisa dapat daging medium dan medium well yang tepat ya. Rasa steak-nya sih enak, tidak kalah dengan tetangga sebelah, hanya saja kok gue merindukan rasa rosemarry yang sangat kental di produk tetangga itu ya?



Ternyata juga, sausnya tidak cocok dipakai untuk mencocol steaknya. Steaknya enak, sausnya enak, tapi kalau dipadukan gak cocok. Cocoknya dimakan sendiri sendiri. Oiya, steak ini disajikan dengan pilihan french fries atau mashed potato dan tumisan sayuran. Tumisan sayurannya agak manis, tapi gue suka. Mashed potato-nya kelamaan ditumbuk, jadi glutennya keburu kebanyakan keluar. Kalau langsung dimakan mungkin gak akan terlalu kentara, tapi berhubung mereka sudah persiapkan untuk semua pengunjung alias didiamkan beberapa jam, glutennya itu sangat terasa di lidah. I don't really like it.


Kelebihan dari rumah makan ini, kalau ini boleh disebut sebagai "kelebihan" adalah tempatnya lumayan sepi, cukup nyaman untuk menikmati makanan tanpa terganggu orang antri yang membuat tak enak hati jika kita ingin berlama-lama. Sementara itu kekurangannya adalah, mereka hanya menyajikan steak, tanpa dessert. Tadi itu rasanya I could use some chocolate or tiramisu or a cup of coffee.

Penilaian keseluruhan oke lah. Definitely gak keberatan balik lagi, tapi kalo udah sampai Senopati kayanya godaan jl Bhakti lebih besar :)
Semua orang kerja pasti punya occupational hazard dong ya. Buat freelancer kaya gue hazard itu berupa makanan-makanan enak penuh lemak yang selalu disajikan di berbagai hotel berbintang, dan tidak berbintang, tempat di mana biasanya gue bekerja. Karena alasan itu juga lidah gue sekarang agak "kebal". Susah banget nemu makanan yang bisa bikin merem melek karena keenakan.

Salah satu resiko lain orang yang gak punya kantor kaya gue adalah saat gue harus duduk menghadapi setumpuk dokumen yang harus dikerjakan, rasanya ingin berada di tengah-tengah orang lain yang bisa diumpamakan sebagai teman kantor. Emang jelas beda sih, tapi kan bisa pura-pura. Cara yang gue biasa lakukan adalah ngangkut laptop ke bekas kantor jaman dulu terus numpang kerja di sana atau ke kafe nyari tempat ngopi. Beli satu gelas kopi, yang memang selalu gue butuhkan, kadang dengan satu snack atau makan besar kalau memang waktunya makan, dan gue bisa duduk sampai dengan 3 jam di situ.

Kali ini tempat yang terpilih adalah QBox di basement Pacific Place. Mengapa QBox. Ini disebabkan ulasan di sebuah situs web yang mengkhususkan dirinya pada referensi restoran, resep masakan, dan hal-hal terkait dengan kedua hal tadi. Dan karena gue baru keluar rumah jam 2 siang rasanya harus cari tempat yang bisa buat ngemil aja. Alasan lainnya, gue pecinta makanan peranakan. Nah karena konsep masakan restoran ini peranakan, makanya berminat untuk nyamperin

Sampai di lokasi ternyata lumayan kosong. Ya mungkin gelombang orang makan siang udah selesai ya. Dilihat dari lebih dari sekitar 25 meja yang mereka miliki, rasanya mungkin tempat ini ramai di jam makan siang atau malam. Kali itu hanya sekitar 5-6 meja yang terisi. Satu hal yang gue suka, restoran ini BEBAS ASAP ROKOK hehehe...

Lihat-lihat menu selalu menjadi bagian yang menyenangkan. Setelah 10 menit akhirnya gue menjatuhkan pilihan ke: carrot cake (sebenarnya kue lobak), es lychee selasih, dan coffee latte (teteeeuuppp harus ngopi). Sambil nunggu pesanan datang, mulailah gue mengeluarkan laptop dan segala peprintilannya. Begitu siap-siap mengetik, baru terasa satu hal. Kursi yang gue duduki ternyata tidak nyaman. Bagian tempat duduknya agak cekung ke dalam sedikit, ini menyusahkan orang yang kakinya pendek seperti gue karena jadi menggantung, dan sandarannya agak bergelombang. Hmmm... rasanya bukan tempat yang tepat untuk bekerja selama 3 jam.

Kue lobak datang dalam waktu 10 menit saja. Rasanya kue lobak ini bukan fresh dari penggorengan deh, karena panasnya beda. Sepertinya sudah matang dari tadi tinggal dihangatkan saja. Kue lobak ini disajikan di piring dan ditaburi dengan telur yang dimasak acak seperti orak arik. Rasanya sih lumayan enak tapi menurut selera gue terlalu "basah". Kue lobak lain yang pernah gue makan semuanya agak kering. Harganya Rp. 40.000++ dan buat gue ini terlalu mahal.



Yang kedua datang si coffee latte. Gue memang gak berharap banyak dari restoran kaya gini, udah ada rasa kopinya aja udah sukur. Dan harapan gue itu benar :) Jadi gak usah dibahas yaaaa....


Es lychee selasihnya datang dalam ukuran cukup besar

Sebagai pecinta berat selasih, gue langsung senyum lebar saat es ini tiba. Selasihnya banyak banget. Enak kan kenyal kenyal di dalam mulut :) Rasanya sih standar ya. Harganya Rp. 35.000++.

Sebenarnya masih tergoda untuk mencoba makanan lainnya, terutama makanan beratnya. Mungkin lain kali akan mampir lagi.
Biasanya pada saat gue ulang tahun gue akan melakukan perjalanan ke suatu tempat yang belum pernah didatangi sebelumnya. Tahun ini rencananya mau pergi ke tempat yang sudah sering didatangi, Yogya, tapi melakukan hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Nyepi. Tadinya berangan-angan akan menginap di suatu hotel yang terkenal karena mempertahankan nuansa alam desa, dan tidak ada satu kamar pun yang dilengkapi dengan televisi atau radio. Semua penginap di sana akan diberikan sarana menyibukkan diri seperti alat-alat olahraga, permainan papan (catur, halma, ludo, kartu dsb) dan perpustakaan yang lengkap. Kebanyakan tamunya adalah wisatawan manca negara yang memang ingin menikmati alam desa dan hidup tanpa gangguan alat hiburan elektronik.

Apa daya rencana tinggal rencana. Entah kenapa bulan kemarin itu full dengan kerjaan. Alhamdulillah rejekinya lancar :) Hari ultah gue nggak ada kerjaan, hebat ya yang ngatur, tapi diapit dengan dua kerjaan penting. Akhirnya tiket menuju Yogya pun terpaksa dihanguskan. Buang uang deh. Untung belinya promo Air Asia :)

Karena ingin tetap menyenangkan hati maka hari itu sudah disiapkan agar bisa menikmati Jakarta tapi dengan melakukan apapun yang gue suka. Ya gak jauh-jauh dari urusan makan dan pijat sih hehehe... Pilih sana pilih sini akhirnya menetapkan untuk mencoba restoran baru di wilayah Menteng, jl. Teuku Umar tepatnya, yang kelihatan sangat menarik. Namanya Bistro Boulevard.

Bistro Boulevard ini kalau tidak salah sebenarnya adalah gedung tua yang dilindungi pemerintah DKI, entah mengapa akhirnya bisa dijadikan restoran. Maklum, yang punya pun anaknya mantan DKI-1. Dulu restoran ini pernah dibuka sebagai klub malam namanya Buddha Bar, yang merupakan franchise dari Buddha Bar di Amerika sana. Setau gue, karena gak pernah ke sana, di dalam Buddha Bar itu mereka memasang patung Buddha berwarna keemasan yang ukurannya besar sekali. Hal ini yang akhirnya menyebabkan timbul kontroversi karena umat Buddha yang diwakili oleh Niciren Syosyu Indonesia mengajukan keberatannya patung sang Buddha diletakkan di sebuah tempat hiburan malam. Setelah melalui proses yang cukup panjang, bar yang saat itu termasuk kategori sangat berkelas ini pun harus tutup.

Alasan gue sangat ingin masuk ke Bistro Boulevard ini ada beberapa. Pertama, memang gue selalu ingin mencoba restoran baru kalau bisa. Kedua, gue sangat ingin tau isi dalam bangunan tua ini bagaimana. Ketiga, rasanya mengagetkan ya kalau dari sebuah bar yang terkenal sangat mahal tiba-tiba mereka berubah haluan menjadi bistro. Dengan semua itu, maka melangkahlah kaki ini menuju tempat tersebut.

Saat tiba, seorang greeter menyambut dengan ramah, menanyakan nama dan menunjukkan jalan masuk ke ruang utama. Begitu melangkah ke ruangan itu, ya ampun..... Hawanya "tebel banget". Yang langsung kebayang di kepala adalah, "Ini ruangan banyak amat penunggunya ya beterbangan begitu".   Restoran ini luas sekali, diisi dengan banyak meja dengan kesan anggun dan setiap meja dilengkapi dengan alat makan four-course dan gelas wine. Benar-benar kesannya restoran mewah. Sementara itu gue langsung berpikir tentang arti kata "Bistro". Menurut penjelasan dari google, di Perancis, Bistro adalah nama umum untuk sebuah cafe yang menyediakan hidangan dengan harga di kisaran menengah.Kesan pertama dari restoran ini jelas jauh dari santai. Jadi rasanya gak tepat ya untuk milih nama Bistro.



Setelah akhirnya meminta duduk di lounge supaya ada sinar matahari (sumpe luh di dalam restonya itu gelap tanpa sinar matahari dan kayanya leher tambah lama tambah pegel nahan yang tebel itu), gue mulai membuka buku menu yang disodori. Terus terang aja, buku menu ini sederhana banget. Gak cocok deh dengan tampilan restorannya.

Lihat halaman appetizer, masih ok harganya. Masuk halaman main course. Ya ampun, mahal amat. Sekelas fine dining kayanya. Tadinya gue mau cuek aja pesan, toh lagi ultah, tapi terus mikir, masa tengah hari panas-panas gitu makan steak ukuran 300 gram? Kayanya gak cocok amat ya. Liat halaman berikut, sama aja. Jadi ternyata main course di restoran ini hanya steak dengan harga minimal Rp. 220.000. Ada steak ikan salmon dengan harga Rp. 180.000 sih, tapi gue gak suka salmon matang. Maunya sashimi aja hehehe...

Pikir punya pikir, ah sudahlah pilih makanan ringan saja. Pilihan jatuh ke Caramelized Apricot Salad dan French Onion Soup. Biar kaya bule lah makan siangnya salad aja :))

Sebelum pesanan tiba, ternyata di meja langsung dihidangkan complimentary bread basket. Ada 4 macam roti di keranjang itu. Yang gue ambil cuma semacam bread stick yang panjang-panjang karena gak mau terlalu kenyang sebelum menikmati pesanan. Bread basket ini dilengkapi herb butter yang wuenak tenan. Asli enak banget. Herbnya sih yang pasti ada sedikit oregano dan rosemarry, tapi sisanya apa gue gak bisa tau. Yang pasti kalau rotinya dicocol ke situ langsung meleleh buter-nya dan rasanya mantap.

Dalam waktu relatif singkat, salad sudah muncul. Tampilannya cukup manis. Isinya irisan halus zucchini, caramelized apricot, jeruk, ada beberapa sayuran lagi dan ricotta cheese.


Harga dari salad ini Rp. 45.000++. Isinya memang kelihatan nggak banyak, tapi memang sangat pas sekali untuk ukuran appetizer. Caramelized appricot yang jadi juaranya memang rasanya enak banget. Manis tapi tidak berlebihan dan ada wewangian yang entah apa gue gak bisa tebak. Begitu appricot itu dioleskan dengan ricotta cheese yang ada diatasnya itu baru gue bisa bilang, "This is what you call a fine meal". Enak banget! Rasanya mereka buat sendiri ricotta cheese ini karena rasanya sangat ringan, jauh dari magtig, dan memang benar-benar klop dengan sayuran lainnya.


Hidangan yang kedua juga keluar dalam waktu cepat. Sekitar 5 menit setelah salad karena harus dipanaskan terlebih dahulu. Kenapa gue  pilih French Onion Soup? Gue agak terobsesi dengan caramelized onion setelah nonton Master Chef Australia :)) Pengen tau aja seberapa jagonya chef resto ini membuatnya.


Ini yang namanya jago masak. Tob. Onionnya benar-benar terbentuk karamelnya sampai jadi manis, yang gue yakin bukan karena gula. Rasa gurihnya pun "dapet" banget. Di bagian atas itu ditutupi dengan garlic bread yang rasanya tidak istimewa tapi enak lah.Oiya, harganya Rp. 35.000++.

Dengan total pembayaran sekitar Rp. 110.000 rasanya gue bisa bilang ini pengalaman yang cukup menyenangkan. Dan mengenyangkan juga lho :)
Beberapa gambar dari berbagai wilayah Indonesia yang sempat gue kunjungi. Sayang, beberapa foto hilang dari friendster sebelum sempat gue pindahkan.

Indonesia itu indah. Kalau ada yang menyanggah, suruh berantem sama gue. Indonesia itu bukan cuma Jakarta. Banyak banget wilayah lain yang masih nunggu diperhatikan. Kenapa mesti nunggu pemerintah untuk bergerak kalau kita bisa melakukan hal kecil buat bantu saudara-saudara kita?







Tanjung Bira

















                                     Masih Tanjung Bira














Gunung Rinjani



















                                                         Pantai Senggigi






                                                Jogja














Danau Tondano









Ubud











                                                                  Wamena


                                                               Kaimana


                                                            

                                Atambua


















                                                                           Bromo
Gue rasa 90% dari teman-teman gue tau persis soal kebawelan gue terhadap para pengusaha penyedia jasa. Kebawelan itu biasanya berkisar di soal kebersihan, layanan, dan rasa makanan (kalau jasa-nya restoran). Tentu saja kebawelan itu tidak akan keluar begitu saja tanpa pertimbangan. Maksudnya, di kelas rumah makan murah hampir tidak mungkin gue ngomel soal layanan yang lambat, tapi kalau biaya makan per orang di sebuah restoran bisa lebih dari 100ribu rupiah rasanya wajar kalau ada sesuatu yang terasa tidak pas maka gue akan langsung bertanya. Cara bertanya gue juga pasti bertahap, dari pertanyaan dengan nada baik dan senyum lebar sampai nada pedas dan meminta manager mendatangi meja gue. Malah pernah ada kejadian manager restoran curhat balik ke gue. Nah loh?!?!

Seperti pernah gue tulis di Note sebelumnya, resiko pekerjaan membawa gue untuk bisa mencicipi layanan, penginapan dan restoran dari berbagai kelas, tingkatan dan lokasi. Kali ini gue berkesempatan menginap di sebuah hotel di kawasan Cimacan - Puncak, yang sempat gue dengar namanya dari seorang teman. Hotel Novus. Sepanjang perjuangan gue dibawa bekerja di Puncak baru kali ini akhirnya kesampaian menginap di sana.

Hari minggu itu kami, gue dan partner kerja, memutuskan berangkat dari Jakarta jam 7 malam supaya tidak harus menunggu arus turun satu arah. Daripada terjebak mending ngopi dulu lah di Coffee Bean. Alasan lain kami memutuskan untuk berangkat malam hari adalah karena kebodohan kami yang tidak mengecek terlebih dahulu letak hotel ini, dengan asumsi "ah namanya di Puncak masa iya gak ketemu, sejam juga nyampe". Sayangnya kami menyadari kebodohan itu terlalu lama, setelah melewati belokan Taman Safari sekitar 3km tapi belum nampak tanda-tanda hotel itu akhirnya gue mencoba menghubungi hotel untuk menanyakan lokasi tepatnya. Seorang staf perempuan dengan ramah menjawab telepon dan memberitahu "Oh masih jauh mbak dari situ, 17km lagi ke hotel kami". Heeehhh... jauh amat?? Ternyata hotel ini sudah melewati Puncak Pass kemudian turun lagi menuju Cipanas. Letaknya sekitar 500m dari RSUD Cimacan. Haduh... Jauh amat. Walhasil sampailah kami di hotel pada pukul 21.00 karena ternyata macet juga jalan ke sana.

Kelelahan dalam perjalanan terbayar dengan keramahan petugas hotel yang menyambut kami. Seperti biasa seorang staf penyambut (greeter) menawarkan untuk membawakan tas, tapi gue tolak karena toh gue pikir dekat. Ternyata si mas ini langsung memberi tahu, "Mbak, kamarnya masih turun ke sana, lumayan jauh. Tapi karena sudah malam dan mungkin mbak dan mas capek, silakan makan dulu saja mumpung makanan masih hangat. Ada bakso lho". Duuuhh senang ya kalo ada staf hotel seramah itu. Baiklah, setelah melapor ke resepsionis, kami langsung menuju tempat makan. Makananannya cukup enak kok dan banyak macamnya. Intinya, malam itu sukses lah makannya.

Setelah makan karena supir kami malas terjebak macet parah arus turun akhirnya kami berbincang-bincang di lobby sampai jam 11 malam. Lobby ini menarik, diisi kursi-kursi dan meja-meja bernuansa etnik yang sangat nyaman. Meja-meja itupun ternyata berfungsi ganda, karena permukaannya bisa dipakai untuk permainan papan seperti catur, halma dan ludo. Perlengkapannya ada di laci di bawahnya. Seru ya.

Setelah mata tidak sanggup lagi terbuka terpaksa lah kami menggeret tubuh ke kamar. Gue pikir, ya kamarnya standar seperti hotel lain di Puncak lah. Ternyata tidak. Kamarnya cantik banget, lantainya dari batu, dekorasinya menggabungkan antara etnik dan minimalis. Looovvveee it!! Gambar kamar yang gue tempat bisa dilihat di sini:

gambar kamar deluxe


Buat gue konsepnya hotel ini sangat menarik. Jadi mereka punya beberapa cluster kamar, di mana di setiap cluster itu ada ruang pertemuan. Gue masuk di cluster Mentari, yang merupakan cluster terdekat dengan lobby. Alhamdulillah banget dapat di situ. Kenapa? Karena tekstur komplek hotel ini berbukit-bukit. Jadi kalau dapat cluster yang di bawah, setiap pagi harus naik ke lobby untuk sarapan dengan jalan kaki dua tanjakan dua turunan. Gak bohong gue. Enak banget kalau untuk olahraga, tapi kalau kaya gue yang bangunnya selalu kesiangan jadinya ngos-ngosan banget :)) Keuntungan dari ruang pertemuannya yang di depan kamar adalah, kalau mau pipis gue bisa langsung ke kamar, gak di toilet umum. Ini konsep yang gue juga acungi jempol. Lobby kecil tempat duduk-duduk saat rehat kopi pun nyaman sekali.

 Nih liat sofanya aja empuk banget

Now come the best part. Sumpah ya gue sampe terharu banget waktu pagi pertama mau ke tempat sarapan ada petugas lagi nyapuin daun-daun kering. Bapak itu berhenti menyapu dan menyapa, "Selamat pagi mbak" dengan senyum yang tulus banget. Gue nggak gila hormat, gak perlu dihormati cuma karena gue tamu. Tapi kan senang aja ya di pagi cerah seperti itu ada orang dengan senyum tulus menegur. Setelah gue lewat dan membalas sapaannya baru dia melanjutkan menyapu. Dan ini terjadi sepanjang minggu, bukan cuma si bapak tukang sapu, tapi dari SEMUA staf. Ampun deh beneran gue sampe geleng-geleng kepala takjub. Hebat pemilik hotel ini menanamkan keramahan di seluruh pegawainya.Gini ya, saking seringnya gue ke berbagai hotel, gue bisa membedakan berbagai senyum: senyum sok manis terpaksa, senyum ramah tapi hanya karena sopan santun, dan senyum ramah tulus banget. Gue bisa kasih contoh hotelnya untuk nemu senyum macam masing-masing itu, dan gue bisa pastikan senyum staf hotel Novus masuk golongan terakhir. Oiya, di hari ke tiga gue masuk kamar saat petugas housekeeping sedang ada di depan kamar sebelah gue. Gue jalan sambil nyedot2 ingus gitu lah, petugas ini langsung tanya, "Ibu, sepertinya sedang sakit? Butuh obat?" My God... Belum pernah nih ada petugas hotel yang segininya.

Ada lagi kejadian yang buat gue dahsyat juga ya. Hari ke dua di sana komputer gue crash. Asli crash gak bisa pake lagi MS Office-nya. Sempat agak bingung karena kerja di sana masih 4 hari lagi dan banyak kerjaan tulisan yang harus dikerjakan. Masa pinjam laptop orang terus? Tapi bukan Dian namanya kalau gitu aja panik (halah... blagu!). Gue cuma telpon hotel (waktu itu jam 5.10 sore) dan tanya bisakah petugas IT hotel bantu gue keesokan harinya untuk periksa komputer gue, dan tentu saja gue akan bayar. Petugas resepsionis mengatakan pasti bisa tapi harus menunggu besok karena petugasnya sudah pulang, and I'm fine with it. 20 menit kemudian petugas di ruang pertemuan menghampiri dan kasih tau ada telepon dari resepsionis buat gue. Oiya, ini juga bingung nih gue, SEMUA staf hotel tau nama gue Dian. Tau dari mana coba?? Partner kerja gue aja mereka gak tau namanya kok ya nama gue dihapal? Mungkin mereka bisa deteksi tamu yang kemungkinan gahar ya jadi dihapalin biar gue bisa lunak :)) Back to IT guy, petugas resepsionis yang namanya Andika (eh cakep banget loh di Andika ini, beneran) kasih tau bahwa petugas IT akan datang sore itu juga, tapi habis sholat Maghrib. Kaget lah gue. Gue bilang gak usah besok aja karena toh itu sudah waktu dia istirahat tapi katanya gak papa. Ya sudah gue iya-kan dan gue bilang tunggu di ruang makan/lobby.

Benar aja jam 6.45 sudah datang itu petugas IT, namanya Wildan, dan langsung tanya ada apa dengan komputer gue. Gue kasih tau masalahnya dan suruh bawa aja itu komputer. Sebelumnya, partner kerja gue yang cukup melek teknologi bilang ada kemungkinan hardisklaptop gue udah kena. Pasrah sih gue berhubung itu laptop udah 4 tahun juga, tapi kan kesayangan gue jadi masih berharap bisa diperbaiki. Mas Wildan ini bilang mau dikerjakan malam itu juga, dan walaupun gue udah bilang santai aja besok pagi aja, dia tetap bersikukuh. Ya udahlah gue biarkan, toh gue udah bilang gak keberatan menunggu.

Besok paginya jam 10.00 waktu rehat kopi mas Wildan datang bawa laptop gue. Benar aja ternyata hardisk laptop udah ada yang rusak tapi  karena dia punya peralatan lengkap dia bisa perbaiki. Wow! Secepat itu loh. Gue tanya dia tidur nggak, cuma senyum malu-malu bilang, "Tidur kok mbak, kan bisa ditinggal". Trus gue tanya lagi, "Berapa biayanya mas?" Yang terjadi kemudian adalah double wow. Dia bilang "Tidak ada biaya, ini kewajiban hotel membantu tamunya. Silakan dipakai lagi mbak, kalau masih ada masalah hubungi saya saja". Ya ampun... Baik banget gak sih tuh hotel. Bayangin kalo kejadiannya di hotel lain, pasti gue dikenain charge gak tau berapa deh. Karena percuma juga maksa-maksa nanya gak dijawab akhirnya gue cuma bilang "Ya sudah, nanti saya titipkan sesuatu di resepsionis ya". Akhirnya memang gue menitipkan sejumlah uang dalam amplop sebesar biaya yang harus gue bayar kalau seandainya gue bawa laptop itu ke Ambassador mal, misalnya. Udah tanya partner kerja katanya jumlah segitu udah lebih dari cukup lah.

Cerita asik lainnya juga berasal dari kebiasaan gue untuk ngobrol dengan orang-orang yang tidak biasa. Contoh hobi gue adalah ngobrol sama supir taksi atau bajaj. Di hotel ini gue ngobrol sama Chef dan petugas ruang pertemuan. Seru lho ngobrol sama mereka, suka dapat cerita-cerita di belakang layar :)

Satu hal lain yang gue suka dari hotel ini adalah konsepnya yang mempertahankan lingkungan asli. Jadi hotel ini dibangun dengan lanskap yang menjaga beberapa pohon yang gue yakin usianya lebih dari 30 tahun sehingga suasananya sangat teduh. Eh, serem juga sih kalo malam2 jalan ke lobby sendirian :)) Serunya lagi, balkon hotel gue menghadap ke "hutan" di belakang hotel. Ada peringatan di pasang di pintu ke balkon, jangan tinggalkan pintu dalam keadaan terbuka terlalu lebar. Kenapa? Karena banyak monyet liar. Gak heran waktu di hari pertama banyak peserta yang bilang sudah sempat bertemu monyet waktu jalan-jalan pagi.

Enam hari tinggal di hotel Novus semakin memperkuat kesan gue terhadap semua hal yang disajikan. Semuanya positif. Makanannya, biarpun karena udah satu bulan hidup gue dari hotel ke hotel jadi udah eneg banget sama makanannya, semua enak, despite the fact that I stopped eating on the third day :) Hari ke 4 gue geret-geret peserta makan sate kambing di luar, hari selanjutnya mulai buka bekal buah kiwi, yoghurt dan pilus untuk bertahan hidup dan berstrategi makan banyak di waktu sarapan supaya bertahan sampai malam. Gue juga harus ulang lagi pujian setinggi-tingginya untuk ketulusan semua stafnya, termasuk layanannya yang sigap dan sangat ramah. Belum lagi untuk keindahan kamar yang gak tanggung-tanggung.

Jadi, jarang-jarang nih, gue sangat rekomen siapapun untuk menginap atau bikin acara di Novus Hotel. Kalau gue punya 8 jempol gue akan kasih pujian sebesar 8 jempol untuk hotel ini. Silakan cek di websitenya http://www.novushotels.com/ untuk keterangan lebih lanjut.

Ini foto hotelnya dari jauh

Disclaimer: Gue gak dibayar Novus untuk promosi. Tulisan ini adalah murni tulisan konsumen yang biasanya sangat bawel tapi kali ini sangat puas atas layanan yang didapatkan.


PS: Kamarnya agak mahal, tapi the money is worth what you get. Enaknya gue, semua kehebatan ini gue dapatkan dengan gratis, plus malah gue dibayar sama yang punya acara :))
Siang tadi matahari sepertinya menampakkan kecongkakkannya, bertengger meninggikan dagu, mengeluarkan semua energinya untuk membakar seluruh negri ini. Panas... Kedua mata pun seperti tidak mampu membuka lebar diterjang silaunya sinar kemarahan sang penyinar dunia.

Malam ini perjalanan masih panjang, masih harus menempuh perjalanan ke Cimacan menuju tempat pelatihan. Teriknya matahari siang tadi seolah menyerap semua sisa tenaga dari dalam tubuh. Mungkin butuh mood booster ya. Well, it's just a lame excuse to eat something unhealthy, know :)

Coffee Bean's iced latte never fails me. Unfortunately, this time the warm chocolate brownies tempted me too much. Look what I did to it ....in only 10 minutes

Kayanya masih terobsesi dengan brownies dan segala bentuk cake coklat deh nih. Setiap ada resep berbau coklat selalu dicoba. Alhamdulillah hasilnya selalu enak. Enak banget malah (gak narsis ini) tapi kok ya belum nemu yang sreg yang bisa disebut andalan dan bisa dibawa kemana-mana dengan bangga hehehe...

Eniwei, ini salah satu yang juga cukup enak. Pengukurnya adek gw deh. Lidah dia itu biasanya cuma bisa bedain enak sama enak banget, tapi kalo soal chocolate cake dan sodaranya dia picky banget.



Here it is:

Bagian coklat:

100gr unsalted butter (biasa pake Elle Virre, next time akan mengurangi setengahnya biar gak merasa terlalu berdosa)
65gr terigu
150gr coklat blok (seperti biasa, gw pakai yang dark krn sukanya coklat yang agak pahit)
80gr coklat bubuk, ayak (kl ada merek yang enak mending pakai itu deh krn menentukan rasanya. gw pake bordeaux)
1sdt baking powder
250gr gula kastor (kalo gk ada pakai aja gula pasir diblender sebentar supaya agak halus)
4 telur

Adonan cream cheese:
150gram cream cheese (waktu buat masih ada stok Philadelphia. rasanya? mau pingsan saking enaknya)
2sdm gula pasir
1 telur

1. Panaskan oven, oles loyang 25cm dengan mentega, alasi kertas minyak
2. Cairkan mentega + coklat dengan cara di tim, aduk rata. Sisihkan
3. Campur coklat bubuk, terigu, baking powder sampai rata. Masukkan ke adonan coklat leleh. Aduk rata. Masukkan telur, aduk sampai lembut. Sisihkan beberapa sendok makan adonan coklat ini
4. Masukkan adonan coklat ke dalam loyang (kecuali bbrp sdm yang disisihkan tadi). Cuekin aja dulu itu loyang. Pindah ke krimcis yuk...
5. Ambil mangkok bersish, kocok cream cheese sampai lembut. Masukkan telur dan gula kastor lalu kocok sampai rata dan lembut
6. Tuang adonan cream cheese ke atas adonan coklat yang ada di dalam loyang
7. Tuang sedikit sedikit sisa adonan coklat yang tadi disisihkan, acak-acak pakai garpu atau tusuk gigi supaya ada pola (blagu ya gw pake bilang ada pola, lha punya gw aja berantakan gitu)
8. Masukkan oven (ingaaatttt oven harus udah panas) 25-30 menit.
9. Kalau sudah 30 menit, buka tutup oven, biarkan loyang di dalam oven sampai dingin. Ya kira-kira sejam deh baru dikeluarin. Kenapa? Soalnya ini brownies yang dalamnya masih agak basah, jadi kalo digerakkan nanti pecah. Tunggu aja biar dingin supaya bagian yang basah itu matang dengan sendirinya. Nanti kalau dimakan ada rasa meleleh di tengah-tengah. Enaaaakkkkk!!!!
Lebaran kemarin rumah penuh dengan sepupu-sepupu yang masih ABG. Biasanya mereka kalo ke rumah udah pada bawel minta dibawa ke supermarket untuk belanja coklat. Untuk mengantisipasi antri yang panjang dan bikin capek akhirnya gue buatin aja deh cemilan yang rasanya coklat banget. Lumayan mereka jadi gak bawel lagi narik-narik minta dijajanin

Resep:
400 gram coklat masak batangan dipotong kecil-kecil (gue pilih yang dark karena suka yang pahit)
100ml cream (gue pake rosella yang emang lagi di kulkas)
2sdm unsalted butter (kalo mau kurangin lemak ya gak usah pakai ini gak masalah)

80 gram terigu
4 butir telur (rasanya untuk berikutnya gue akan kurangi jadi 3 aja)
30 gram coklat bubuk
2 sdm gula (kalo suka. terakhir gue gak pake gula malah jadinya enak rada pahit gituh)

Persiapan:
- Panaskan oven 180 derajat
- Olesi cetakan diameter 15cm dengan mentega tipis, atau alasi dengan baking paper

Cara buat:
1. Potong coklat batang sampai kecil, taruh di wadah yang agak besar penampangnya.
2. Didihkan cream. Setelah mendidih, angkat, tuangkan ke coklat dan masukkan butter. Aduk rata sampai coklat meleleh bercampur dengan butter. (Kalau cara ini tidak berhasil, di tim aja, hasilnya sama kok)
3. Sisihkan adonan sebentar agar sedikit dingin.
4. Siapkan wadah lain. Masukkan terigu, coklat bubuk, telur, dan gula (kalau mau). Aduk dengan memakai whisk (pengaduk tangan) sampai lembut (kira-kira lima menit aja).
5. Campurkan adonan ini ke dalam adonan coklat. Aduk rata.
6. Tuang ke dalam cetakan.
7. Kalo iseng kayanya bisa ditaburi kacang almond untuk pemanis (kemarin itu gak punya sisa almond sih)


PS: Fotonya gelap amat ya. Gak punya kamera yang bagus sih, ini cuma pakai kamera blekberi. Kelihatannya hitam kelam tapi rasanya enak banget. Apalagi kalau dimakan bersama es krim vanilla. Nyam nyaammm...


Beberapa tahun lalu seorang teman membuat tulisan disertai foto-foto tentang kunjungannya ke Panti Asuhan Balita dan Anak di Cipayung, Jakarta Timur. Saat itu gue kaget karena melihat foto anak-anak yang di sana semuanya ganteng dan cantik. Believe me, gue gak gampang bilang anak kecil bermuka lucu. Jadi kalo gue bilang ganteng dan cantik, apalagi lucu, biasanya emang udah standar tinggi banget.

Hari ini untuk pertama kalinya gue menginjakkan kaki di panti asuhan tersebut. Setelah tiba di sana barulah gue sadar bahwa panti asuhan ini dikelola oleh Dinsos DKI Jakarta. Di depan pintu kantor dipasang foto-foto anak-anak yang diasuh panti tersebut. Masya Allah, semuanya ganteng dan cantik. Baru lihat foto aja gue langsung berkaca-kaca, kok tega orang tuanya meninggalkan mereka yang sebegitu cakepnya padahal banyak orang yang pengen punya anak.Sayangnya gue gak bisa melihat anak-anak itu secara langsung karena belum waktunya. Gue tiba disana 14.30 sementara jam kunjungan jam 16.00. Masih kelamaan banget nunggunya.

Akhirnya gue, teman gue dan kakaknya hanya berbincang-bincang dengan pengurus panti tentang prosedur adopsi. Iya, gue sadar sekali bahwa pemerintah harus melakukan upaya demi mengamankan masa depan anak-anak tersebut dengan membuat prosedur yang cukup panjang sampai dengan pengadilan membuat putusan penetapan. Yang membuat gue agak gelisah adalah tiga persyaratan awal yang mereka ajukan. 1: Harus pasangan yang sudah menikah (single tidak diijinkan), 2: Sudah harus menikah minimal 5 tahun, 3: Usia minimal 30 tahun. Ketiganya harus dipenuhi. Jadi jika ada pasangan sudah menikah selama lebih dari 5 tahun tetapi belum berusia 30, mereka dianggap tidak memenuhi syarat.

Gue percaya banyak orang lajang di luar sana yang bersedia mengadopsi anak-anak ini tetapi mereka tidak memenuhi syarat pertama. Gue sempat tanya, "Bagaimana kalau orang yang mau adopsi nantinya menikah. Sama saja kan?" Si ibu menjawab, "Tunggu setelah menikah saja ya". Habis menikah harus tunggu 5 tahuh lagi dong. Lama amat :(

Satu hal yang membuat gue trenyuh adalah si ibu ini cerita bahwa banyak sekali anak asuh mereka yang sampai dengan usia SMA mereka harus terus hidup di panti. Panti Cipayung hanya menaungi anak-anak sampai dengan usia TK, setelah usia SD mereka dipindah ke panti di Klender, SMP di panti lain, SMA juga begitu. In my humble opinion, tinggal di panti tidak lebih baik dibanding dengan tinggal bersama orang tua tunggal. Apakah orang tua tunggal dianggap tidak memiliki kemampuan untuk menyayangi dan membesarkan anak-anak itu? Teman gue yang mau adopsi ini adalah lulusan S2, sangat santun, dan berasal dari keluarga kaya raya, yang artinya anak yang akan dia adopsi pasti akan memiliki peluang masa depan yang lebih baik.

Gue paham benar pemerintah, dalam hal ini Kemensos, membuat aturan itu demi kepentingan anak-anak, tetapi apakah tidak mungkin dibuat aturan tambahan untuk orang tua tunggal? Sebegitu tega mereka membatasi peluang anak-anak ini untuk bisa diadopsi dan mendapat masa depan yang lebih cerah? Lebih baik mereka diadopsi daripada tinggal di panti terus sampai usia 18 tahun toh?

Aaahh.... Dunia memang sering tidak adil. Tidak adil buat teman gue yang sudah lahir batin siap membesarkan seorang anak angkat. Tidak adil buat anak yang harusnya bisa menjadi anaknya dan hidup lebih baik.
Didorong oleh situasi para pedagang di pasar tradisional sekitar rumah sudah mulai pulang ke kampung halaman mereka untuk berlebaran, sementara di rumah tidak ada bahan makanan apapun, siang ini kembali gue melangkahkan kaki ke Grand Lucky - sebuah supermarket di kisaran wilayah SCBD-. Sinar matahari yang sangat menusuk menembus kaca film mobil yang cuma 40% menimbulkan rasa haus yang udah kebangetan. Oiya, maaf... Lagi nggak puasa. Ditambah lagi si Gendis mukanya udah lemes banget, sambil terus merapal mantera "Aku lapel tauuuu.... Kapan sih kita makan?" yang membuat gue memutuskan untuk mengisi perut dulu sebelum berbelanja.

Di dalam kompleks Grand Lucky ada beberapa restoran, tetapi gue tertarik dengan satu yang bernama Ketjil Kitchen. Saat mendorong terbuka pintunya yang pertama terlihat adalah dekorasi restoran mungil ini yang nampak seperti ruang makan di suatu rumah.

Kehangatan suatu keluarga terasa sekali di sana. Kursi-kursi kayu beserta meja makan bergaya santai serta sofa yang diletakkan tepat di depan jendela dan hiasan dinding yang sangat rumahan semakin menguatkan kesan rumahan itu. Sebagian hiasan dinding tersebut adalah potongan berita dari koran dan majalah yang menceritakan latar belakang dan perkembangan restoran yang idenya dilatarbelakangi oleh keinginan Ninit, sang pemilik, untuk menyalurkan hobi memasaknya.




Begitu masuk gue langsung mengambil tempat di sofa, tetapi ternyata salah seorang pelayannya menghampiri dan memberitahu dengan ramah bahwa pemesanan makanan harus dilakukan di counter dan dibayar langsung. Baiklah kalau begitu. Setelah melihat-lihat beberapa saat akhirnya gue memutuskan untuk memesan menu standar yaitu: 1 bitterballen, 1 grilled chicken breast (menu andalan), 1fettucini carbonara, 1 mint iced tea, dan 1 chocolate milkshake. Iced tea langsung selesai begitu gue membayar dan bisa langsung dibawa ke meja. Hal pertama yang gue rasakan setelah mencicipi minuman tersebut adalah, "Manis banget". Harap maklum, selera manis gue sangatlah terbatas. Gue susah banget kalo berurusan dengan gula atau sirup, jadi untuk ukuran gue terlalu manis tapi untuk orang lain mungkin nggak. Akhirnya gue minta ditambah es batu lagi, yang mereka berikan dengan ramah. Satu hal yang gue sayangkan, daun mint-nya kalau agak dihancurkan sedikit akan menambah sensasi di segelas minuman tersebut. Sayangnya mereka hanya memasukkan daun mint utuh.

Untuk sisa menu yang lain ternyata mereka akan memanggil gue untuk mengambil satu-persatu. Hhhmm.. Ribet juga ya mengingat gue harus bolak balik sambil ngeliatin Gendis di meja. Andai aja jadinya makanan itu bisa bareng semua mungkin akan lebih enak. Makanan diletakkan di counter berbeda, dimana mereka juga letakkan alat-alat makan, garam, lada, chili flakes, saus dan lain-lain yang biasa kita tambahkan ke makanan. Ini juga merepotkan karena mereka tidak menyediakan nampan. Coba bayangkan, dengan piring sebesar itu di tangan kiri, sendok/pisau dan garpu di tangan kanan, bagaimana caranya gue harus membawa cup berisi chili flakes? Harus bolak balik kan? Nggak efektif sih kalo menurut gue.

Setelah tiga kali bolak balik semua menu akhirnya terhidang. Pertama yang gue coba adalah bitterballen. Buat gue, bitterballen adalah makanan jadul yang harus memiliki sedikit rasa ala Belanda yang meningatkan pada masa kecil saat masih sering diajak makan di luar oleh mbah gue. Yang dijual oleh restoran ini tidak begitu. Rasanya sangat modern, tapi cukup enak. Suwiran ayam terasa tercampur dengan halus tanpa ada bumbu yang dominan. Semuanya terpadu dengan pas. Nilainya 8. Harganya 23.500.

Gue sempat juga mencicipi fettuchini carbonara smoked beef si Gendis. Untuk bocah 5.5 tahun mungkin rasanya sudah cukup enak, tetapi sayangnya tidak untuk lidah gue.Tingkat kekentalan sausnya sudah pas sekali, tetapi agak kurang banyak untuk porsi pasta sebesar itu. By the way, porsinya besar banget, malah terlalu besar gue bilang sih. Rasa kejunya butuh sekitar 2 tone lagi supaya gak terlalu samar. Satu hal yang cukup menolong buat gue adalah mereka meletakkan banyak sekali potongan jamur yang besar-besar. I love mushroom :) Untuk harga 35.500 buat gue masakan ini hanya bisa diberi nilai 6.5.

Dasar lidah bocah masih awam ya, dikasih milkshake coklat asal rasanya coklat aja udah bahagia banget dia. Dia bilang enak, tapi kali ini tanpa jempol. Gendis gue biasakan untuk kasih tau pendapatnya tentang makanan dengan tingkatan enak, satu jempol, dua jempol. Kali ini "enak" aja. Dan gue setuju sama dia. Milkshake-nya cuma terasa seperti coklat bubuk yang dicampur dengan susu cair dan gula, lalu diblender sebentar. Sepertinya mereka juga gak kasih es krim sebagai campuran, hanya whipcream di permukaan saat dihidangkan. Harga segelas milkshake ini kalau tidak salah 22.500, dan menurut gue, sangat tidak direkomendasikan.


Makanan terakhir yang gue coba sudah pasti makanan gue sendiri. Grilled chicken. Dari potongan berita yang terpajang di dinding, menu ini adalah menu andalan mereka. Wajar dong kalau gue berharap lebih banyak? Saat makanan gue ambil, harus jujur, gue suka sekali dengan tampilannya yang rumahan banget. Seperti sepiring makanan yang baru selesai dimasakkan oleh seorang ibu untuk keluarganya.
Look at that mashed potato. Waktu baru liat gue ngences banget. Langsung ambil garpu and shoved it to my mouth. Eeeekkkkk..... Gatot. Mashed potato-nya kurang rasa. Padahal kalo ditambah sedikit aja lada sama garam lagi pasti enak. Sementara ituuuuu... Grilled chicken-nya keasinan. Jadi sepertinya si dada ayamnya sudah diberi garam dan lada, sementara saus jamurnya pun agak banyak diberi garam, sehingga saat berpadu.. haduh... bagus sih buat gue yang lagi drop tekanan darahnya, tapi kalo buat yang darah tinggi jangan dulu deh. Satu hal yang gue suka, potongan sayurannya itu amat sangat enak. Hanya ditumis dengan bumbu tipis tapi enak sekali lho. Harganya 47.500. Rekomen? Mmmm.... Gak terlalu sih.

Total pengeluaran belanja makan kali ini adalah 178.500, untuk dua orang,  yang menurut gue dengan rasa makanan seperti itu adalah a total waste of money :)










Hi Wina, apa kabar? Ingat gw nggak? Hehehe… Pasti sebel ya ditanyain begitu. I can remind you a lil bit. Gue Dian, dulu pernah dapat hadiah dari lo dan Hard Rock FM dibuatin Simple Plan. Gue yang mana? Yang freelancer kerjanya interpreter dan salah satunya waktu itu minta dibuatkan dana kesehatan untuk orang tua. Kalo gak salah satu lagi yang menang hadiah Simple Plan barengan gw namanya Ria. Masih belum ingat? Gue yang orangnya gemuk rambutnya lurus. Terakhir ketemu di toilet hotel Sahid waktu acara seminar Islamic Financial :)

Win, Allah memang baik sekali sama gue, udah tau gue mungkin manusia paling boros di atas bumi ini, suatu hari tangan gue diarahkan untuk mencet tombol ke radio Hard Rock waktu lo lagi siaran. Saat itu gue langsung mendengarkan dengan tekun lo lagi jelasin dasar-dasar financial planning dengan memakai investasi reksadana. Itu pertama kalinya gue dengar kata “reksadana”. Dengan segala rasa penasaran, hari itu juga gue browsing dan belajar sebisa mungkin tentang reksadana. Gak lupa tentunya setiap minggu gue mendengarkan siaran lo. Setahun setengah mengikuti siaran dan baca-baca tulisan lo di website QM Finance dan media lain lama-kelamaan mulai membuka mata gue.

Puncaknya adalah waktu gue dapat hadiah tak terduga dari lo itu. Masih ingat deh, waktu itu gue lagi ada di kabupaten di pedalaman Palu yang gak ada sinyal seharian, terus begitu sampai di kota masuklah beberapa sms dari Etha. Gak lama kemudian Etha telpon untuk memberi tahu gue menang hadiah itu. I couldn’t help but smiling ear to ear for the rest of the trip that day. Gimana nggak, gue akan ketemu orang yang selama ini menginspirasi gue untuk mulai mengatur keuangan, plus dikasih hadiah dibuatin plan pula! Yipppiiieeeee…..

Waktu pertama kali mau ketemu gue nervous loh. Mau ketemu seleb dan idola :) Tapi ternyata memang lo gak beda sama yang selama ini didengar di radio. Ramah, rame, cuek, ngakak melulu tapi tetap serius. Pokoknya empat kali ketemu lo itu buat gue menyenangkan deh. Apalagi dengan hasil gue dibuatin plan untuk Dana Kesehatan Ortu, Dana Pensiun, Dana Kesehatan Pensiun sama Dana Darurat. It was the first plan I’d ever had.

Win, ada alasan kenapa gue menuliskan ini sekarang. Bulan ini genap satu tahun sejak saat gue menerima plan itu dari lo jadi sepertinya udah waktunya gue mereview perkembangannya. Sampai sekarang plan itu masih gw jalankan, dengan sedikit perubahan. Ingat nggak sewaktu plan masih dalam tahap pembuatan pun Bokap gue sempat masuk rumah sakit dan membutuhkan biaya puluhan juta yang saat itu membuat lo mengernyit waktu gue kasih tau. Alhamdulillah ada aja rejeki gue buat bayar itu :) Tapi kemudian Bokap gue meninggal satu setengah bulan setelah plan itu selesai, sehingga dana kesehatan yang lo anggarkan supaya terbentuk dalam waktu tiga tahun itu gue batalkan. Gue alihkan separuhnya ke dana darurat, separuh lain untuk mempercepat dana pensiun. Sebagian lagi gue pakai untuk bayar asuransi kesehatan nyokap supaya aman. Dana Kesehatan Pensiun buat gue masih tetap dijalankan sesuai anjuran lo. Btw, dana darurat gue sudah berhasil terbentuk penuh looohhh…..

Minggu lalu gue menghitung berapa “harta” gue setelah setahun lalu lo review, untuk kepentingan bayar zakat. Gue masih ingat dengan persis berapa angka yang gue kasih ke lo tahun lalu. Alhamdulillah yah… plan lo itu sesuatu banget yah…. (lah kok mendadak Syahrini??) sehingga tahun ini asset gue bisa meningkat tiga kali lipat. Mungkin memang rejekinya lagi bagus, tapi dulu-dulu kalopun rejekinya bagus gue sibuk aja ngabisin uangnya. Setelah lo buatin plan, kepala gue selalu maksa mikir gimana caranya mengamankan sebagian uang itu untuk investasi. Lo pernah ngetwit suatu hari, “kalo udah punya plan ada sale apapun juga cuek aja”. And that’s exactly what happens to me. Dulu gak ada duit pun maksa belanja pakai kartu kredit, sekarang sih kalo di ATM hura-hura gak ada duit ya gak maksa belanja. Kalo “jatah” investasi bulanan belum terpenuhi sih gak bakal mikir beli baju.

I might not be your best student, but I can say I have become a bit literate about financial planning. Dan itu semua karena lo. Seprintil-printilnya pengetahuan gue tentang gimana ngerencanain keuangan, gue dapat dari lo. Bahkan gue berani berhentiin unitlink gue dan memecah uangnya separuh untuk bayar asuransi kesehatan murni cashless dan separuh untuk dana kesehatan tambahan. Dulu-dulu sih mana ngerti gue begituan.
Win, gue gak cuma membalas apa yang sudah lo bagikan ke gue – beserta ribuan orang lainnya pasti ya (biar gue gak GR berasa ekslusif diajarin lo) -. Biar Allah SWT aja yang balas ya. Ilmu yang lo bagikan dengan gratis Insya Allah akan berguna buat hidup gue dan banyak orang lainnya. Mudah-mudahan bisa menjadi pahala yang abadi buat lo. What I can do now is paying it forward. Di sekitar gue banyak keluarga-keluarga muda menengah ke bawah sedikit yang sering “digoda” agen-agen unitlink, gue berusaha jelasin sebisa mungkin supaya mereka gak terperangkap. Sebenarnya sih Cuma ngasih tau ke mereka penjelasan lo dari twitter aja hehehe…. Gue juga berusaha ngajarin mereka cara investasi di reksadana, biarpun gak tau gimana ngitungnya. Paling nggak uang mereka gak habis tergerus inflasi di tabungan kan? Mudah-mudahan dengan gue berbagi apa yang gue pelajari dari lo bisa menjadi compounding pahala buat lo.

Terima kasih ya Wina. Terima kasih atas ilmunya. Terima kasih atas arahannya sehingga uang gue gak habis Cuma untuk hura-hura. Terima kasih atas hiburan twit Sunda bodornya yang suka bikin gue ngakak. Terima kasih kalo ketemu papasan lo masih ngenalin gue. Terima kasih untuk mengingatkan gue bahwa gue harus bisa berbuat sesuatu, sekecil apapun itu, untuk orang lain di sekitar gue. You are a true inspiration. I’ve been blessed with an opportunity to know and learn from you. I sincerely thank you from the bottom of my heart. Semoga lo dan keluarga selalu berada dalam lindungan Allah SWT, sehat selalu dan sukses terus. Jangan berhenti bagi-bagi ilmu ya!
*kiss and hug*