Beberapa gambar dari berbagai wilayah Indonesia yang sempat gue kunjungi. Sayang, beberapa foto hilang dari friendster sebelum sempat gue pindahkan.

Indonesia itu indah. Kalau ada yang menyanggah, suruh berantem sama gue. Indonesia itu bukan cuma Jakarta. Banyak banget wilayah lain yang masih nunggu diperhatikan. Kenapa mesti nunggu pemerintah untuk bergerak kalau kita bisa melakukan hal kecil buat bantu saudara-saudara kita?







Tanjung Bira

















                                     Masih Tanjung Bira














Gunung Rinjani



















                                                         Pantai Senggigi






                                                Jogja














Danau Tondano









Ubud











                                                                  Wamena


                                                               Kaimana


                                                            

                                Atambua


















                                                                           Bromo
Gue rasa 90% dari teman-teman gue tau persis soal kebawelan gue terhadap para pengusaha penyedia jasa. Kebawelan itu biasanya berkisar di soal kebersihan, layanan, dan rasa makanan (kalau jasa-nya restoran). Tentu saja kebawelan itu tidak akan keluar begitu saja tanpa pertimbangan. Maksudnya, di kelas rumah makan murah hampir tidak mungkin gue ngomel soal layanan yang lambat, tapi kalau biaya makan per orang di sebuah restoran bisa lebih dari 100ribu rupiah rasanya wajar kalau ada sesuatu yang terasa tidak pas maka gue akan langsung bertanya. Cara bertanya gue juga pasti bertahap, dari pertanyaan dengan nada baik dan senyum lebar sampai nada pedas dan meminta manager mendatangi meja gue. Malah pernah ada kejadian manager restoran curhat balik ke gue. Nah loh?!?!

Seperti pernah gue tulis di Note sebelumnya, resiko pekerjaan membawa gue untuk bisa mencicipi layanan, penginapan dan restoran dari berbagai kelas, tingkatan dan lokasi. Kali ini gue berkesempatan menginap di sebuah hotel di kawasan Cimacan - Puncak, yang sempat gue dengar namanya dari seorang teman. Hotel Novus. Sepanjang perjuangan gue dibawa bekerja di Puncak baru kali ini akhirnya kesampaian menginap di sana.

Hari minggu itu kami, gue dan partner kerja, memutuskan berangkat dari Jakarta jam 7 malam supaya tidak harus menunggu arus turun satu arah. Daripada terjebak mending ngopi dulu lah di Coffee Bean. Alasan lain kami memutuskan untuk berangkat malam hari adalah karena kebodohan kami yang tidak mengecek terlebih dahulu letak hotel ini, dengan asumsi "ah namanya di Puncak masa iya gak ketemu, sejam juga nyampe". Sayangnya kami menyadari kebodohan itu terlalu lama, setelah melewati belokan Taman Safari sekitar 3km tapi belum nampak tanda-tanda hotel itu akhirnya gue mencoba menghubungi hotel untuk menanyakan lokasi tepatnya. Seorang staf perempuan dengan ramah menjawab telepon dan memberitahu "Oh masih jauh mbak dari situ, 17km lagi ke hotel kami". Heeehhh... jauh amat?? Ternyata hotel ini sudah melewati Puncak Pass kemudian turun lagi menuju Cipanas. Letaknya sekitar 500m dari RSUD Cimacan. Haduh... Jauh amat. Walhasil sampailah kami di hotel pada pukul 21.00 karena ternyata macet juga jalan ke sana.

Kelelahan dalam perjalanan terbayar dengan keramahan petugas hotel yang menyambut kami. Seperti biasa seorang staf penyambut (greeter) menawarkan untuk membawakan tas, tapi gue tolak karena toh gue pikir dekat. Ternyata si mas ini langsung memberi tahu, "Mbak, kamarnya masih turun ke sana, lumayan jauh. Tapi karena sudah malam dan mungkin mbak dan mas capek, silakan makan dulu saja mumpung makanan masih hangat. Ada bakso lho". Duuuhh senang ya kalo ada staf hotel seramah itu. Baiklah, setelah melapor ke resepsionis, kami langsung menuju tempat makan. Makananannya cukup enak kok dan banyak macamnya. Intinya, malam itu sukses lah makannya.

Setelah makan karena supir kami malas terjebak macet parah arus turun akhirnya kami berbincang-bincang di lobby sampai jam 11 malam. Lobby ini menarik, diisi kursi-kursi dan meja-meja bernuansa etnik yang sangat nyaman. Meja-meja itupun ternyata berfungsi ganda, karena permukaannya bisa dipakai untuk permainan papan seperti catur, halma dan ludo. Perlengkapannya ada di laci di bawahnya. Seru ya.

Setelah mata tidak sanggup lagi terbuka terpaksa lah kami menggeret tubuh ke kamar. Gue pikir, ya kamarnya standar seperti hotel lain di Puncak lah. Ternyata tidak. Kamarnya cantik banget, lantainya dari batu, dekorasinya menggabungkan antara etnik dan minimalis. Looovvveee it!! Gambar kamar yang gue tempat bisa dilihat di sini:

gambar kamar deluxe


Buat gue konsepnya hotel ini sangat menarik. Jadi mereka punya beberapa cluster kamar, di mana di setiap cluster itu ada ruang pertemuan. Gue masuk di cluster Mentari, yang merupakan cluster terdekat dengan lobby. Alhamdulillah banget dapat di situ. Kenapa? Karena tekstur komplek hotel ini berbukit-bukit. Jadi kalau dapat cluster yang di bawah, setiap pagi harus naik ke lobby untuk sarapan dengan jalan kaki dua tanjakan dua turunan. Gak bohong gue. Enak banget kalau untuk olahraga, tapi kalau kaya gue yang bangunnya selalu kesiangan jadinya ngos-ngosan banget :)) Keuntungan dari ruang pertemuannya yang di depan kamar adalah, kalau mau pipis gue bisa langsung ke kamar, gak di toilet umum. Ini konsep yang gue juga acungi jempol. Lobby kecil tempat duduk-duduk saat rehat kopi pun nyaman sekali.

 Nih liat sofanya aja empuk banget

Now come the best part. Sumpah ya gue sampe terharu banget waktu pagi pertama mau ke tempat sarapan ada petugas lagi nyapuin daun-daun kering. Bapak itu berhenti menyapu dan menyapa, "Selamat pagi mbak" dengan senyum yang tulus banget. Gue nggak gila hormat, gak perlu dihormati cuma karena gue tamu. Tapi kan senang aja ya di pagi cerah seperti itu ada orang dengan senyum tulus menegur. Setelah gue lewat dan membalas sapaannya baru dia melanjutkan menyapu. Dan ini terjadi sepanjang minggu, bukan cuma si bapak tukang sapu, tapi dari SEMUA staf. Ampun deh beneran gue sampe geleng-geleng kepala takjub. Hebat pemilik hotel ini menanamkan keramahan di seluruh pegawainya.Gini ya, saking seringnya gue ke berbagai hotel, gue bisa membedakan berbagai senyum: senyum sok manis terpaksa, senyum ramah tapi hanya karena sopan santun, dan senyum ramah tulus banget. Gue bisa kasih contoh hotelnya untuk nemu senyum macam masing-masing itu, dan gue bisa pastikan senyum staf hotel Novus masuk golongan terakhir. Oiya, di hari ke tiga gue masuk kamar saat petugas housekeeping sedang ada di depan kamar sebelah gue. Gue jalan sambil nyedot2 ingus gitu lah, petugas ini langsung tanya, "Ibu, sepertinya sedang sakit? Butuh obat?" My God... Belum pernah nih ada petugas hotel yang segininya.

Ada lagi kejadian yang buat gue dahsyat juga ya. Hari ke dua di sana komputer gue crash. Asli crash gak bisa pake lagi MS Office-nya. Sempat agak bingung karena kerja di sana masih 4 hari lagi dan banyak kerjaan tulisan yang harus dikerjakan. Masa pinjam laptop orang terus? Tapi bukan Dian namanya kalau gitu aja panik (halah... blagu!). Gue cuma telpon hotel (waktu itu jam 5.10 sore) dan tanya bisakah petugas IT hotel bantu gue keesokan harinya untuk periksa komputer gue, dan tentu saja gue akan bayar. Petugas resepsionis mengatakan pasti bisa tapi harus menunggu besok karena petugasnya sudah pulang, and I'm fine with it. 20 menit kemudian petugas di ruang pertemuan menghampiri dan kasih tau ada telepon dari resepsionis buat gue. Oiya, ini juga bingung nih gue, SEMUA staf hotel tau nama gue Dian. Tau dari mana coba?? Partner kerja gue aja mereka gak tau namanya kok ya nama gue dihapal? Mungkin mereka bisa deteksi tamu yang kemungkinan gahar ya jadi dihapalin biar gue bisa lunak :)) Back to IT guy, petugas resepsionis yang namanya Andika (eh cakep banget loh di Andika ini, beneran) kasih tau bahwa petugas IT akan datang sore itu juga, tapi habis sholat Maghrib. Kaget lah gue. Gue bilang gak usah besok aja karena toh itu sudah waktu dia istirahat tapi katanya gak papa. Ya sudah gue iya-kan dan gue bilang tunggu di ruang makan/lobby.

Benar aja jam 6.45 sudah datang itu petugas IT, namanya Wildan, dan langsung tanya ada apa dengan komputer gue. Gue kasih tau masalahnya dan suruh bawa aja itu komputer. Sebelumnya, partner kerja gue yang cukup melek teknologi bilang ada kemungkinan hardisklaptop gue udah kena. Pasrah sih gue berhubung itu laptop udah 4 tahun juga, tapi kan kesayangan gue jadi masih berharap bisa diperbaiki. Mas Wildan ini bilang mau dikerjakan malam itu juga, dan walaupun gue udah bilang santai aja besok pagi aja, dia tetap bersikukuh. Ya udahlah gue biarkan, toh gue udah bilang gak keberatan menunggu.

Besok paginya jam 10.00 waktu rehat kopi mas Wildan datang bawa laptop gue. Benar aja ternyata hardisk laptop udah ada yang rusak tapi  karena dia punya peralatan lengkap dia bisa perbaiki. Wow! Secepat itu loh. Gue tanya dia tidur nggak, cuma senyum malu-malu bilang, "Tidur kok mbak, kan bisa ditinggal". Trus gue tanya lagi, "Berapa biayanya mas?" Yang terjadi kemudian adalah double wow. Dia bilang "Tidak ada biaya, ini kewajiban hotel membantu tamunya. Silakan dipakai lagi mbak, kalau masih ada masalah hubungi saya saja". Ya ampun... Baik banget gak sih tuh hotel. Bayangin kalo kejadiannya di hotel lain, pasti gue dikenain charge gak tau berapa deh. Karena percuma juga maksa-maksa nanya gak dijawab akhirnya gue cuma bilang "Ya sudah, nanti saya titipkan sesuatu di resepsionis ya". Akhirnya memang gue menitipkan sejumlah uang dalam amplop sebesar biaya yang harus gue bayar kalau seandainya gue bawa laptop itu ke Ambassador mal, misalnya. Udah tanya partner kerja katanya jumlah segitu udah lebih dari cukup lah.

Cerita asik lainnya juga berasal dari kebiasaan gue untuk ngobrol dengan orang-orang yang tidak biasa. Contoh hobi gue adalah ngobrol sama supir taksi atau bajaj. Di hotel ini gue ngobrol sama Chef dan petugas ruang pertemuan. Seru lho ngobrol sama mereka, suka dapat cerita-cerita di belakang layar :)

Satu hal lain yang gue suka dari hotel ini adalah konsepnya yang mempertahankan lingkungan asli. Jadi hotel ini dibangun dengan lanskap yang menjaga beberapa pohon yang gue yakin usianya lebih dari 30 tahun sehingga suasananya sangat teduh. Eh, serem juga sih kalo malam2 jalan ke lobby sendirian :)) Serunya lagi, balkon hotel gue menghadap ke "hutan" di belakang hotel. Ada peringatan di pasang di pintu ke balkon, jangan tinggalkan pintu dalam keadaan terbuka terlalu lebar. Kenapa? Karena banyak monyet liar. Gak heran waktu di hari pertama banyak peserta yang bilang sudah sempat bertemu monyet waktu jalan-jalan pagi.

Enam hari tinggal di hotel Novus semakin memperkuat kesan gue terhadap semua hal yang disajikan. Semuanya positif. Makanannya, biarpun karena udah satu bulan hidup gue dari hotel ke hotel jadi udah eneg banget sama makanannya, semua enak, despite the fact that I stopped eating on the third day :) Hari ke 4 gue geret-geret peserta makan sate kambing di luar, hari selanjutnya mulai buka bekal buah kiwi, yoghurt dan pilus untuk bertahan hidup dan berstrategi makan banyak di waktu sarapan supaya bertahan sampai malam. Gue juga harus ulang lagi pujian setinggi-tingginya untuk ketulusan semua stafnya, termasuk layanannya yang sigap dan sangat ramah. Belum lagi untuk keindahan kamar yang gak tanggung-tanggung.

Jadi, jarang-jarang nih, gue sangat rekomen siapapun untuk menginap atau bikin acara di Novus Hotel. Kalau gue punya 8 jempol gue akan kasih pujian sebesar 8 jempol untuk hotel ini. Silakan cek di websitenya http://www.novushotels.com/ untuk keterangan lebih lanjut.

Ini foto hotelnya dari jauh

Disclaimer: Gue gak dibayar Novus untuk promosi. Tulisan ini adalah murni tulisan konsumen yang biasanya sangat bawel tapi kali ini sangat puas atas layanan yang didapatkan.


PS: Kamarnya agak mahal, tapi the money is worth what you get. Enaknya gue, semua kehebatan ini gue dapatkan dengan gratis, plus malah gue dibayar sama yang punya acara :))
Siang tadi matahari sepertinya menampakkan kecongkakkannya, bertengger meninggikan dagu, mengeluarkan semua energinya untuk membakar seluruh negri ini. Panas... Kedua mata pun seperti tidak mampu membuka lebar diterjang silaunya sinar kemarahan sang penyinar dunia.

Malam ini perjalanan masih panjang, masih harus menempuh perjalanan ke Cimacan menuju tempat pelatihan. Teriknya matahari siang tadi seolah menyerap semua sisa tenaga dari dalam tubuh. Mungkin butuh mood booster ya. Well, it's just a lame excuse to eat something unhealthy, know :)

Coffee Bean's iced latte never fails me. Unfortunately, this time the warm chocolate brownies tempted me too much. Look what I did to it ....in only 10 minutes

Kayanya masih terobsesi dengan brownies dan segala bentuk cake coklat deh nih. Setiap ada resep berbau coklat selalu dicoba. Alhamdulillah hasilnya selalu enak. Enak banget malah (gak narsis ini) tapi kok ya belum nemu yang sreg yang bisa disebut andalan dan bisa dibawa kemana-mana dengan bangga hehehe...

Eniwei, ini salah satu yang juga cukup enak. Pengukurnya adek gw deh. Lidah dia itu biasanya cuma bisa bedain enak sama enak banget, tapi kalo soal chocolate cake dan sodaranya dia picky banget.



Here it is:

Bagian coklat:

100gr unsalted butter (biasa pake Elle Virre, next time akan mengurangi setengahnya biar gak merasa terlalu berdosa)
65gr terigu
150gr coklat blok (seperti biasa, gw pakai yang dark krn sukanya coklat yang agak pahit)
80gr coklat bubuk, ayak (kl ada merek yang enak mending pakai itu deh krn menentukan rasanya. gw pake bordeaux)
1sdt baking powder
250gr gula kastor (kalo gk ada pakai aja gula pasir diblender sebentar supaya agak halus)
4 telur

Adonan cream cheese:
150gram cream cheese (waktu buat masih ada stok Philadelphia. rasanya? mau pingsan saking enaknya)
2sdm gula pasir
1 telur

1. Panaskan oven, oles loyang 25cm dengan mentega, alasi kertas minyak
2. Cairkan mentega + coklat dengan cara di tim, aduk rata. Sisihkan
3. Campur coklat bubuk, terigu, baking powder sampai rata. Masukkan ke adonan coklat leleh. Aduk rata. Masukkan telur, aduk sampai lembut. Sisihkan beberapa sendok makan adonan coklat ini
4. Masukkan adonan coklat ke dalam loyang (kecuali bbrp sdm yang disisihkan tadi). Cuekin aja dulu itu loyang. Pindah ke krimcis yuk...
5. Ambil mangkok bersish, kocok cream cheese sampai lembut. Masukkan telur dan gula kastor lalu kocok sampai rata dan lembut
6. Tuang adonan cream cheese ke atas adonan coklat yang ada di dalam loyang
7. Tuang sedikit sedikit sisa adonan coklat yang tadi disisihkan, acak-acak pakai garpu atau tusuk gigi supaya ada pola (blagu ya gw pake bilang ada pola, lha punya gw aja berantakan gitu)
8. Masukkan oven (ingaaatttt oven harus udah panas) 25-30 menit.
9. Kalau sudah 30 menit, buka tutup oven, biarkan loyang di dalam oven sampai dingin. Ya kira-kira sejam deh baru dikeluarin. Kenapa? Soalnya ini brownies yang dalamnya masih agak basah, jadi kalo digerakkan nanti pecah. Tunggu aja biar dingin supaya bagian yang basah itu matang dengan sendirinya. Nanti kalau dimakan ada rasa meleleh di tengah-tengah. Enaaaakkkkk!!!!