QBox - Pacific Place

Semua orang kerja pasti punya occupational hazard dong ya. Buat freelancer kaya gue hazard itu berupa makanan-makanan enak penuh lemak yang selalu disajikan di berbagai hotel berbintang, dan tidak berbintang, tempat di mana biasanya gue bekerja. Karena alasan itu juga lidah gue sekarang agak "kebal". Susah banget nemu makanan yang bisa bikin merem melek karena keenakan.

Salah satu resiko lain orang yang gak punya kantor kaya gue adalah saat gue harus duduk menghadapi setumpuk dokumen yang harus dikerjakan, rasanya ingin berada di tengah-tengah orang lain yang bisa diumpamakan sebagai teman kantor. Emang jelas beda sih, tapi kan bisa pura-pura. Cara yang gue biasa lakukan adalah ngangkut laptop ke bekas kantor jaman dulu terus numpang kerja di sana atau ke kafe nyari tempat ngopi. Beli satu gelas kopi, yang memang selalu gue butuhkan, kadang dengan satu snack atau makan besar kalau memang waktunya makan, dan gue bisa duduk sampai dengan 3 jam di situ.

Kali ini tempat yang terpilih adalah QBox di basement Pacific Place. Mengapa QBox. Ini disebabkan ulasan di sebuah situs web yang mengkhususkan dirinya pada referensi restoran, resep masakan, dan hal-hal terkait dengan kedua hal tadi. Dan karena gue baru keluar rumah jam 2 siang rasanya harus cari tempat yang bisa buat ngemil aja. Alasan lainnya, gue pecinta makanan peranakan. Nah karena konsep masakan restoran ini peranakan, makanya berminat untuk nyamperin

Sampai di lokasi ternyata lumayan kosong. Ya mungkin gelombang orang makan siang udah selesai ya. Dilihat dari lebih dari sekitar 25 meja yang mereka miliki, rasanya mungkin tempat ini ramai di jam makan siang atau malam. Kali itu hanya sekitar 5-6 meja yang terisi. Satu hal yang gue suka, restoran ini BEBAS ASAP ROKOK hehehe...

Lihat-lihat menu selalu menjadi bagian yang menyenangkan. Setelah 10 menit akhirnya gue menjatuhkan pilihan ke: carrot cake (sebenarnya kue lobak), es lychee selasih, dan coffee latte (teteeeuuppp harus ngopi). Sambil nunggu pesanan datang, mulailah gue mengeluarkan laptop dan segala peprintilannya. Begitu siap-siap mengetik, baru terasa satu hal. Kursi yang gue duduki ternyata tidak nyaman. Bagian tempat duduknya agak cekung ke dalam sedikit, ini menyusahkan orang yang kakinya pendek seperti gue karena jadi menggantung, dan sandarannya agak bergelombang. Hmmm... rasanya bukan tempat yang tepat untuk bekerja selama 3 jam.

Kue lobak datang dalam waktu 10 menit saja. Rasanya kue lobak ini bukan fresh dari penggorengan deh, karena panasnya beda. Sepertinya sudah matang dari tadi tinggal dihangatkan saja. Kue lobak ini disajikan di piring dan ditaburi dengan telur yang dimasak acak seperti orak arik. Rasanya sih lumayan enak tapi menurut selera gue terlalu "basah". Kue lobak lain yang pernah gue makan semuanya agak kering. Harganya Rp. 40.000++ dan buat gue ini terlalu mahal.



Yang kedua datang si coffee latte. Gue memang gak berharap banyak dari restoran kaya gini, udah ada rasa kopinya aja udah sukur. Dan harapan gue itu benar :) Jadi gak usah dibahas yaaaa....


Es lychee selasihnya datang dalam ukuran cukup besar

Sebagai pecinta berat selasih, gue langsung senyum lebar saat es ini tiba. Selasihnya banyak banget. Enak kan kenyal kenyal di dalam mulut :) Rasanya sih standar ya. Harganya Rp. 35.000++.

Sebenarnya masih tergoda untuk mencoba makanan lainnya, terutama makanan beratnya. Mungkin lain kali akan mampir lagi.

0 komentar:

Posting Komentar