Biasanya pada saat gue ulang tahun gue akan melakukan perjalanan ke suatu tempat yang belum pernah didatangi sebelumnya. Tahun ini rencananya mau pergi ke tempat yang sudah sering didatangi, Yogya, tapi melakukan hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Nyepi. Tadinya berangan-angan akan menginap di suatu hotel yang terkenal karena mempertahankan nuansa alam desa, dan tidak ada satu kamar pun yang dilengkapi dengan televisi atau radio. Semua penginap di sana akan diberikan sarana menyibukkan diri seperti alat-alat olahraga, permainan papan (catur, halma, ludo, kartu dsb) dan perpustakaan yang lengkap. Kebanyakan tamunya adalah wisatawan manca negara yang memang ingin menikmati alam desa dan hidup tanpa gangguan alat hiburan elektronik.
Apa daya rencana tinggal rencana. Entah kenapa bulan kemarin itu full dengan kerjaan. Alhamdulillah rejekinya lancar :) Hari ultah gue nggak ada kerjaan, hebat ya yang ngatur, tapi diapit dengan dua kerjaan penting. Akhirnya tiket menuju Yogya pun terpaksa dihanguskan. Buang uang deh. Untung belinya promo Air Asia :)
Karena ingin tetap menyenangkan hati maka hari itu sudah disiapkan agar bisa menikmati Jakarta tapi dengan melakukan apapun yang gue suka. Ya gak jauh-jauh dari urusan makan dan pijat sih hehehe... Pilih sana pilih sini akhirnya menetapkan untuk mencoba restoran baru di wilayah Menteng, jl. Teuku Umar tepatnya, yang kelihatan sangat menarik. Namanya Bistro Boulevard.
Bistro Boulevard ini kalau tidak salah sebenarnya adalah gedung tua yang dilindungi pemerintah DKI, entah mengapa akhirnya bisa dijadikan restoran. Maklum, yang punya pun anaknya mantan DKI-1. Dulu restoran ini pernah dibuka sebagai klub malam namanya Buddha Bar, yang merupakan franchise dari Buddha Bar di Amerika sana. Setau gue, karena gak pernah ke sana, di dalam Buddha Bar itu mereka memasang patung Buddha berwarna keemasan yang ukurannya besar sekali. Hal ini yang akhirnya menyebabkan timbul kontroversi karena umat Buddha yang diwakili oleh Niciren Syosyu Indonesia mengajukan keberatannya patung sang Buddha diletakkan di sebuah tempat hiburan malam. Setelah melalui proses yang cukup panjang, bar yang saat itu termasuk kategori sangat berkelas ini pun harus tutup.
Alasan gue sangat ingin masuk ke Bistro Boulevard ini ada beberapa. Pertama, memang gue selalu ingin mencoba restoran baru kalau bisa. Kedua, gue sangat ingin tau isi dalam bangunan tua ini bagaimana. Ketiga, rasanya mengagetkan ya kalau dari sebuah bar yang terkenal sangat mahal tiba-tiba mereka berubah haluan menjadi bistro. Dengan semua itu, maka melangkahlah kaki ini menuju tempat tersebut.
Saat tiba, seorang greeter menyambut dengan ramah, menanyakan nama dan menunjukkan jalan masuk ke ruang utama. Begitu melangkah ke ruangan itu, ya ampun..... Hawanya "tebel banget". Yang langsung kebayang di kepala adalah, "Ini ruangan banyak amat penunggunya ya beterbangan begitu". Restoran ini luas sekali, diisi dengan banyak meja dengan kesan anggun dan setiap meja dilengkapi dengan alat makan four-course dan gelas wine. Benar-benar kesannya restoran mewah. Sementara itu gue langsung berpikir tentang arti kata "Bistro". Menurut penjelasan dari google, di Perancis, Bistro adalah nama umum untuk sebuah cafe yang menyediakan hidangan dengan harga di kisaran menengah.Kesan pertama dari restoran ini jelas jauh dari santai. Jadi rasanya gak tepat ya untuk milih nama Bistro.
Setelah akhirnya meminta duduk di lounge supaya ada sinar matahari (sumpe luh di dalam restonya itu gelap tanpa sinar matahari dan kayanya leher tambah lama tambah pegel nahan yang tebel itu), gue mulai membuka buku menu yang disodori. Terus terang aja, buku menu ini sederhana banget. Gak cocok deh dengan tampilan restorannya.
Lihat halaman appetizer, masih ok harganya. Masuk halaman main course. Ya ampun, mahal amat. Sekelas fine dining kayanya. Tadinya gue mau cuek aja pesan, toh lagi ultah, tapi terus mikir, masa tengah hari panas-panas gitu makan steak ukuran 300 gram? Kayanya gak cocok amat ya. Liat halaman berikut, sama aja. Jadi ternyata main course di restoran ini hanya steak dengan harga minimal Rp. 220.000. Ada steak ikan salmon dengan harga Rp. 180.000 sih, tapi gue gak suka salmon matang. Maunya sashimi aja hehehe...
Pikir punya pikir, ah sudahlah pilih makanan ringan saja. Pilihan jatuh ke Caramelized Apricot Salad dan French Onion Soup. Biar kaya bule lah makan siangnya salad aja :))
Sebelum pesanan tiba, ternyata di meja langsung dihidangkan complimentary bread basket. Ada 4 macam roti di keranjang itu. Yang gue ambil cuma semacam bread stick yang panjang-panjang karena gak mau terlalu kenyang sebelum menikmati pesanan. Bread basket ini dilengkapi herb butter yang wuenak tenan. Asli enak banget. Herbnya sih yang pasti ada sedikit oregano dan rosemarry, tapi sisanya apa gue gak bisa tau. Yang pasti kalau rotinya dicocol ke situ langsung meleleh buter-nya dan rasanya mantap.
Dalam waktu relatif singkat, salad sudah muncul. Tampilannya cukup manis. Isinya irisan halus zucchini, caramelized apricot, jeruk, ada beberapa sayuran lagi dan ricotta cheese.
Harga dari salad ini Rp. 45.000++. Isinya memang kelihatan nggak banyak, tapi memang sangat pas sekali untuk ukuran appetizer. Caramelized appricot yang jadi juaranya memang rasanya enak banget. Manis tapi tidak berlebihan dan ada wewangian yang entah apa gue gak bisa tebak. Begitu appricot itu dioleskan dengan ricotta cheese yang ada diatasnya itu baru gue bisa bilang, "This is what you call a fine meal". Enak banget! Rasanya mereka buat sendiri ricotta cheese ini karena rasanya sangat ringan, jauh dari magtig, dan memang benar-benar klop dengan sayuran lainnya.
Hidangan yang kedua juga keluar dalam waktu cepat. Sekitar 5 menit setelah salad karena harus dipanaskan terlebih dahulu. Kenapa gue pilih French Onion Soup? Gue agak terobsesi dengan caramelized onion setelah nonton Master Chef Australia :)) Pengen tau aja seberapa jagonya chef resto ini membuatnya.
Ini yang namanya jago masak. Tob. Onionnya benar-benar terbentuk karamelnya sampai jadi manis, yang gue yakin bukan karena gula. Rasa gurihnya pun "dapet" banget. Di bagian atas itu ditutupi dengan garlic bread yang rasanya tidak istimewa tapi enak lah.Oiya, harganya Rp. 35.000++.
Dengan total pembayaran sekitar Rp. 110.000 rasanya gue bisa bilang ini pengalaman yang cukup menyenangkan. Dan mengenyangkan juga lho :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar